Pengembangan Budaya Akademik di Indonesia (2-Habis): Meneliti dan Memasak, Sebuah Ilustrasi
ILUSTRASI Pengembangan Budaya Akademik di Indonesia (2-Habis): Meneliti dan Memasak, Sebuah Ilustrasi .-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Akan menjadi berbeda kalau motivasi meneliti itu karena hobi dan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta kualitas diri. Seseorang akan menjalankannya dengan senang hati dan semangat.
Tidak ada yang menyuruh pun, dosen meneliti karena menjadi bagian dari profesi yang dijalani dengan semangat.
ILUSTRASI MENELITI DAN MEMASAK
Secara sederhana, melakukan aktivitas meneliti mirip dengan memasak. Yakni, mengumpulkan bahan atau data yang diperlukan, memilah dan memilih bahan yang sesuai dengan yang dibutuhkan, memfokuskan atau menentukan apa yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang dimaksud, dan lain sebagainya.
Sebagai ilustrasi memasak, tidak semua bahan yang dikumpulkan atau diperoleh itu dimasak semua dan langsung habis. Akan tetapi, perlu dilakukan secara verifikatif dan reduktif. Bahan tersebut dimasak untuk kebutuhan yang sesuai dengan tujuan hendak masa apa.
Demikian pula meneliti, memfokuskan pada persoalan yang diteliti sesuai tujuan penelitian. Sebagai contoh dalam memasak, apabila sejak awal telah ditentukan hendak masak sayur sop, bahan-bahan yang disiapkan dan dikumpulkan terkait sayur sop seperti wortel, kubis, buncis, kentang, dan yang sejenis.
Tidak perlu mengumpulkan bahan di luar sayur sop. Juru masak juga fokus untuk menyelesaikan memasak sayur sop sampai selesai. Untuk mendapatkan hasil masakan sayur sop yang enak dan lezat, di sinilah diperlukan juru masak yang andal dan pintar membuat resep seperti bumbu dan takarannya harus sesuai.
Demikian pula bagi peneliti dan ilmuwan, diperlukan cara yang tepat dan analisis yang mendalam dengan teori-teori sebagai pisau analisis agar menghasilkan temuan-temuan penelitian yang menarik. Ibarat memasak, menghasilkan aroma dan masakan yang lezat dan bergizi untuk dinikmati.
TINDAK LANJUT MENELITI
Bagi seorang akademisi atau peneliti, secara garis besar aktivitas penelitian dapat diarahkan untuk riset keilmuan (penelitian dasar), penelitian terapan, atau penelitian pengembangan.
Semuanya bergantung pada pilihan tingkat ketersiapan teknologi (TKT) yang ditentukan. Riset dasar masuk kategori TKT 1-3. Riset terapan masuk kategori TKT 4-6. Riset pengembangan masuk kategori TKT 7-9.
Sampai saat ini, penelitian di Indonesia, termasuk di perguruan tinggi, masih didominasi TKT 1-3 atau riset dasar. Belum banyak yang berada di TKT 4-6 atau terapan, apalagi TKT 7-9 atau pengembangan.
Ke depan, untuk mendekatkan hasil-hasil riset supaya tidak hanya didominasi publikasi hasil riset di jurnal-jurnal ilmiah yang biasanya dari riset dasar, perlu didorong ekspansi riset ke arah kebutuhan pasar, baik dunia usaha-dunia industri (DUDA-DUDI) maupun stakeholder lainnya.
Itulah salah satu upaya untuk mengawinkan hasil-hasil riset dengan kebutuhan pasar di lapangan dengan mengacu pada konsep link and match. Dari perkawinan itu, diyakini akan menjadi lompatan untuk kolaborasi antara perguruan tinggi, lembaga-lembaga riset lainnya, dengan DUDA-DUDI dan stakeholder lainnya.
Meski demikian, ekspansi riset ke arah TKT 4-6 dan TKT 7-9 tidak bisa serta-merta digeneralisasi untuk semua bidang keilmuan, untuk bidang keilmuan tertentu, di antaranya, ilmu eksakta dapat diarahkan pada semua TKT mulai TKT 1-9.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: