Melatih Akuntan Untuk Antisipasi Serangan Siber di Petra Christian University

Melatih Akuntan Untuk Antisipasi Serangan Siber di Petra Christian University

Executive Vice President Center of Digital Bank Central Asia (BC) Wani Sabu menjelaskan modus-modus serangan siber pada Mahasiswa calon akuntan Petra Christian University-Boy Slamet/Harian Disway-

HARIAN DISWAY - Sebuah perusahaan memiliki kerentanan tertentu terhadap serangan atau kejahatan siber (cyber crime). Siapa sangka, pengelolaan akuntansi yang baik bisa memitigasi dampak dari serangan ini. 

Hal tersebut diungkap dalam diskusi International Digital Accounting & Fraud atau IDAF di Petra Christian University (PCU) yang mengangkat tema “Cybercrime: A Practitioner's Point Of View”.

Diskusi ini membahas peran penting seorang akuntan dalam mencegah terjadinya kejahatan siber dengan menghadirkan Executive Vice President Center of Digital Bank Central Asia (BC) Wani Sabu, S.H., M.Kn., M.M.

“Kegiatan ini akan meningkatkan literasi tentang cyber security dan cyber crime kepada para mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan. Karena mereka lah yang nantinya memegang data-data keuangan perusahaan, yaitu data yang sensitif. Apalagi di era digital ini, data merupakan aset penting perusahaan,” jelas Sany, S.E., MS-CIS., Ph.D., CMA., selaku Kepala Program IDAF PCU.

BACA JUGA:Raih Akreditasi Unggul, UK Petra Siap Cetak Pemimpin Masa Depan

Sany merinci, pembicara akan membahas tentang bahaya kejahatan siber dan cara mencegahnya dari sisi seorang akuntan. “Pada bisnis yang sudah menerapkan teknologi digital, akuntan perlu punya pemahaman risiko kejahatan ini. Dengan begitu ia mampu meminimalkan kerugian perusahaan,” imbuhnya.

Perkembangan teknologi digital membuat segalanya serba praktis. Hal ini membuat masyarakat bergeser pada pola hidup cashless atau melakukan transaksi non tunai dalam kehidupan sehari-hari. 

Karena transaksi dan transfer uang dilakukan melalui digital, maka terbuka peluang dan kerentanan baru terhadap kejahatan siber. 

Kejahatan siber merupakan tindak kejahatan yang berkaitan dengan perangkat jaringan. Beberapa contoh yang umum terjadi misalnya ransomware, peretasan, cracking, pencurian data pribadi, dan lain sebagainya.

BACA JUGA:Romantis dan Kreatif, Petra Christian University Gelar Workshop Merangkai Bunga

Dalam paparannya, Wani mengungkapkan peran akuntan sangat krusial dalam mencegah terjadinya kejahatan tersebut di suatu perusahaan.

Tak hanya berbicara soal peran akuntan, peraih 500 The Most Outstanding Women 2024 by Infobank ini juga membagikan beberapa modus yang digunakan oleh fraudster.

“Di Indonesia, 99 persen kasus cyber crime menggunakan metode yang namanya Social Engineering. Ini merupakan modus penipuan di mana penjahat membuat customer merasa bahagia/stress lalu ditipu. Contohnya mendapatkan undian atau menerima kabar keluarga terkena musibah,” kata perempuan yang meraih Woman of Excellence Indonesia Award 2020 itu.

Ia juga menekankan bahwa Social Engineering dapat menyerang siapa saja, dan yang diserang bukanlah teknologinya melainkan human atau orang yang dimanfaatkan oleh pelaku.

“Di zaman digital ini, uang kita bisa tiba-tiba hilang begitu saja. Sehingga literasi akan cyber crime perlu dimiliki oleh masyarakat luas,” ujar Wani.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: