Cheng Yu Pilihan Dosen Filsafat Hukum di Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta Antonius M. Laot Kian: Juan Tu Chong Lai

Cheng Yu Pilihan Dosen Filsafat Hukum di Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta Antonius M. Laot Kian: Juan Tu Chong Lai

Cheng Yu Pilihan Dosen Filsafat Hukum di Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta Antonius M. Laot Kian: Juan Tu Chong Lai-HARIAN DISWAY-Dokumen Pribadi

HARIAN DISWAY - Kecuali Anda punya keluarga yang bisa diandalkan untuk mengubah aturan, agaknya hampir mustahil perjalanan Anda dalam meraih cita-cita bisa mulus-mulus saja tanpa ada onak berduri yang melintang di mana-mana.

Manusia biasa memang harus menempuh jalan yang berliku. Tak masalah. Yang penting Anda tidak gampang patah semangat, sekalipun realita sering memperlihatkan kepada Anda bahwa yang punya orang dalamlah yang justru lebih cepat berhasil.

Kendati mereka sama sekali tidak pernah berpeluh-peluh sebelumnya. Ya, di negeri nun jauh di sana, gagal memang sudah terlampau lumrah buat orang yang tidak memiliki privilege.

BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Arsitek Asal Semarang Natalia Gouw: Yi Shen Zuo Ze

Namun demikian, dalam pandangan Antonius M. Laot Kian, kegagalan juga bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk terus belajar. "Mempelajari kegagalan dan kesalahan adalah cara terbaik untuk menjadi manusia merdeka," ujarnya.

Karena itulah, dosen Filsafat Hukum di Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta, mengaku selalu mempelajari setiap kegagalan dan kesalahannya. Sebab, bila tidak begitu, ia merasa tidak layak untuk menyebut dirinya sebagai orang yang berhasil. 

"Bagi saya, catatan-catatan mengenai kegagalan atau kesalahan bisa memberi saya cahaya untuk melangkah tanpa ragu, menguatkan kaki dan jiwa, untuk menjadi manusia seutuhnya," kata Antonius yang juga bekerja sebagai staf ahli anggota DPD RI.

BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Politikus PDI Perjuangan Kota Semarang Supriyadi: Li Jing Tu Zhi

Ribuan tahun yang lampau, Du Mu (803–852), salah seorang politisi dan sastrawan besar dinasti Tang, pernah mengatakan hal serupa: "胜败兵家事不期, 包羞忍耻是男儿" (shèng bài bīng jiā shì bù qī, bāo xiū rěn chǐ shì nán ér).

Artinya kira-kira: kalah atau menang ialah hal yang biasa dan tidak bisa diprediksi, tetapi yang bisa bertahan dalam menghadapi kekalahan dan perundungan adalah pemenangnya. 

Berarti, dalam situasi dan kondisi bagaimanapun, kita mesti "卷土重来" (juǎn tǔ chóng lái): bangkit dan raih kemenangan kembali. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: