Kampung Lali Gadget; Wujudkan Masa Kecil Gembira Tanpa Ketergantungan Gawai

Kampung Lali Gadget; Wujudkan Masa Kecil Gembira Tanpa Ketergantungan Gawai

Dua anak yang bermain lumpur dalam acara mingguan Kampung Lali Gadget, Juli 2023-Foto Kampung Lali Gadget untuk Harian Disway-

Baginya, belajar itu tidak hanya di sekolah. Bermain merupakan bagian dari belajar. Anak bisa belajar mengenal temannya. Belajar toleransi. Belajar memimpin. Serta belajar kreasi dan inovasi.

BACA JUGA:Kurikulum Bermain Tematik Terbaru Kampung Lali Gadget Sidoarjo

“Semua belajar dari situ. Jadi, Kampung Lali Gadget ini, selain untuk mengurangi kecanduan gadget, juga membangun sosial anak. Membangun mental anak,” tegas alumnus Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya itu.


Anak-anak bermain lumpur di Kampung Lali Gadget.-Muchammad Ma'ruf Zaky-Harian Disway-

Perkembangan teknologi saat ini juga mengadopsi beberapa permainan tradisional. Hanya saja, menurutnya itu ada kekurangannya. Tidak bisa menyentuh mainan itu secara langsung. Memaksimalkan tumbuh kembang anak perlu sentuhan langsung.

“Dalam piramida belajar, sebelum anak-anak memahami kognisi dan area baca, tulis, hitung, piramida paling bawah itu adalah sensori tentang indra. Indra kita adalah tempat masuknya pengetahuan ke dalam diri kita,” katanya.

Karena itu, ketika indra tidak terstimulasi dengan baik, maka seseorang akan kesulitan ketika sudah berada di piramida atas. Untuk itu, mereka harus belajar dengan melihat langsung, menyentuh langsung, merasakan dan mendengar langsung.

“Itulah yang dibutuhkan anak-anak dalam tumbuh kembang. Tidak masalah ada mainan yang didigitalkan. Tetapi, lebih bagus mainan nyata. Karena ada stimulasinya. Pertumbuhannya pun menjadi maksimal,’’ papar Irfandi

Karena itu, Kampung Lali Gadget dibentuk untuk memberi ruang ramah anak. Ia melihat, selama ini anak-anak sibuk bermain sendiri. “Orang tua mereka sibuk dengan kesibukannya sendiri. Tanpa orang tua memahami bahwa bermain itu penting bagi anak,” ucap pemuda jangkung tersebut.

BACA JUGA:Gibran Perkuat Internet Cepat Untuk Hilirisasi Digital

 


Anak-anak berlatih napeni beras di Kampung Lali Gadget.-Muchammad Ma'ruf Zaky-Harian Disway-

Baginya, hari anak itu tidak hanya diperingati setiap 23 Juli. Tetapi setiap hari. Ketika bicara Indonesia Emas 2045, maka bagaimana orang tua atau bahkan negara membentuk generasi sejak usia dini.

“Siapa yang akan hidup di era 2045? Tentu mereka yang saat ini masih anak-anak. Jadi, untuk meraih Indonesia Emas itu, anak-anak saat inilah yang harus dididik. Jangan diberikan handphone saat usianya masih kecil. Kenalkan mereka di usia yang tepat,” ucapnya.

Cara mendidiknya pun dengan cara anak-anak. Bermain secara fisik. Agar semua indra mereka berfungsi maksimal. “Tidak hanya menuntut mereka mengenai akademisnya. Prestasinya. Tapi, berikan ruang kepada anak untuk menumbuhkan kreativitasnya,” ucapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: