Bonus Demografi di Era Indonesia Emas 2045, Berkah atau Musibah?

Bonus Demografi di Era Indonesia Emas 2045, Berkah atau Musibah?

ILUSTRASI bonus demografi di era Indonesia Emas 2045, berkah atau musibah?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA: Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Entrepreneurial Leadership

BACA JUGA: Memilih Pemimpin Menuju Indonesia Emas

Kendati begitu, perlu kita ingat juga bahwa kondisi itu bukanlah jaminan pertumbuhan yang luar biasa untuk sebuah negara.

Dalam konteks persaingan global yang kian kompetitif, faktor-faktor seperti pendidikan yang berkualitas, pelatihan keterampilan, dan lingkungan bisnis yang kondusif menjadi penentu utama apakah bonus demografi akan menghasilkan dampak positif atau sebaliknya, menjadi bumerang. 

Ada beberapa dampak positif yang diciptakannya. 

Pertama, peluang tenaga kerja yang relatif berkualitas bagi perusahaan untuk mencari karyawan yang berkompeten. Hal itu memberikan keuntungan bagi calon pekerja yang berada dalam usia produktif. Juga, momentum tepat bagi perusahaan dan calon pekerja untuk mengoptimalkan peluang itu untuk meraih keuntungan.

BACA JUGA: Tantangan Inklusi Keuangan Digital: Menuju Indonesia Emas 2045 

Kedua, mendongkrak produk domestik bruto (PDB) karena usia produktif mengambil peran terbesar dalam aktivitas pertumbuhan ekonomi. 

Ketiga, meningkatkan tabungan masyarakat dan sosial. Meningkatnya penduduk usia produktif yang bekerja akan menaikkan tingkat pendapatan yang pada gilirannya mengatrol tingkat kesejahteraan dan kemakmuran.  

Keempat, merupakan embrio generasi emas yang secara strategis diharapkan bertanggung jawab dan mampu mengelola aktivitas ekonomi dan sosial demi kelangsungan hidup bernegara. Terlebih, keberlangsungan regenerasi merupakan faktor determinan bagi sistem pertahanan sebuah bangsa.

Selain dampak positif, jika tidak dikelola dengan baik, bonus demografi memunculkan dampak negatif. 

Pertama, dengan jumlah usia produktif mencapai 60–70 persen dari total penduduk, jika peluang kerja tidak sepenuhnya bisa tersalurkan secara efektif, angka pengangguran dapat melonjak tajam. Bursa lowongan kerja sangat terbatas, sedangkan suplai tenaga kerja melimpah. 

Ketidakseimbangan itu berpotensi memicu naiknya angka kriminalitas akibat pengangguran. Tindakan antisipatif, seperti perencanaan peluang kerja dengan suplai tenaga kerja sejak dini, menjadi aspek penting untuk mencegah dampak negatif ini. 

Kedua, bonus demografi merupakan peluang strategis bagi Indonesia untuk mempercepat pembangunan dengan dukungan sumber daya manusia (SDM) usia produktif yang melimpah. Terutama mengingat adanya agenda besar pembangunan berkelanjutan tahun 2030, yang dicanangkan sebagai sustainable development goals (SDG’s). 

Sejalan dengan tujuan itu, pemerintah telah menetapkan Visi Indonesia Emas 2045 dengan harapan menciptakan generasi produktif yang berkualitas. Pembangunan ekonomi difokuskan pada upaya penyeimbangan antara lapangan pekerjaan dengan suplai tenaga kerja berkualitas agar bonus demografi dapat dimanfaatkan secara optimal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: