Profil Yahya Sinwar, Pemimpin Baru Hamas yang Habiskan 23 Tahun Hidup di Penjara Israel

Profil Yahya Sinwar, Pemimpin Baru Hamas yang Habiskan 23 Tahun Hidup di Penjara Israel

Pemimpin Hamas di Jalur Gaza Yahya Sinwar berbicara dalam konferensi pers untuk hari Quds (Yerusalem) di Kota Gaza pada 30 Mei 2019. Sinwar lantas dipilih menjadi pemimpin baru utama Hamas untuk menggantikan mendiang Ismail Haniyeh pada Selasa, 6 Agustus -MOHAMMED ABED-AFP

Tahun berikutnya, ia kembali ditangkap oleh Israel dan dijatuhi empat hukuman seumur hidup sekaligus atau setara dengan 426 tahun penjara. 

Sinwar baru dibebaskan setelah menghabiskan 23 tahun masa hidupnya di penjara (dengan empat tahun di sel isolasi).

Saat itu, tepatnya pada 2011, ada kesepakatan pertukaran tahanan Wafa al-Ahrar yang mencantumkan namanya sebagai salah satu tawanan yang dibebaskan.

Selama dipenjara, pria yang pernah mendirikan band The Returnees to Islamic Art ini kembali tak tinggal diam.

Ia mengambil alih kepemimpinan badan pimpinan tertinggi tahanan Hamas di penjara selama beberapa periode. Sesama tahanan membentuk organisasi rahasia yang ia ketuai.

Sinwar beserta beberapa saudaranya memimpin serangkaian aksi mogok makan. Yang paling menonjol terjadi pada 1992, 1996, 2000, dan 2004.

BACA JUGA:Pidato Netanyahu di Kongres AS: Hamas Harus Kalah Dulu, Baru Perang Selesai!

Sinwar selama di penjara belajar Bahasa Ibrani. Ia juga memiliki banyak buku terjemahan politik dan keamanan terkait Israel maupun intelijennya (Shin Bet).

Pria yang sebelumnya menjadi pemimpin Hamas di daerah Gaza itu juga merupakan seorang penulis.


Para pemimpin Hamas di Jalur Gaza Ismail Haniya (tengah) dan Yahya Sinwar (kanan) berjalan bersama Khaled al-Batch (kiri) Jihad Islam di Kota Gaza pada 26 Juni 2019 selama protes terhadap konferensi ekonomi Timur Tengah yang disponsori AS di Bahrain.-MOHAMMED ABED-AFP

Ia menulis buku Hamas Trial and Error dan Glory yang membahas hasil tinjauannya perihal pekerjaan Shin Bet.

Selain itu, Sinwar juga menulis banyak literatur keamanan yang menggambarkan pengalaman keamanan gerakan Hamas. Sebagai karya sastra, ia menulis novel yang berjudul Duri Cengkih, menceritakan pengalaman perjuangan Palestina pasca 1967 hingga Intifada.

Usai dibebaskan pada 2012, Sinwar menikah dan dikaruniai tiga anak, yakni Ibrahim, Abdullah, dan Reda.

Tiga tahun setelahnya, pria yang kini memiliki posisi penting sebagai penentu gencatan senjata Israel-Hamas ini pernah dimasukkan ke dalam daftar hitam “teroris internasional” oleh Amerika Serikat.

Adapun kediamannya sendiri pernah dibom dan dihancurkan pada 1989. Lalu kembali dibom ketika agresi pada 2014 dan 2021. Bahkan  dihancurkan untuk keempat kalinya saat genosida di Jalur Gaza pada Desember 2023.

*) Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, peserta Magang Regular di Harian Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: hamas