Demo Tegakkan Demokrasi
Aksi demonstran mengawal putusan MK didepan Gedung DPRD Kota Surabaya--Muhammad Nurwahyudi: Harian Disway
Demo tolak revisi UU Pilkada di depan gedung DPR sukses. Misi sukses, tidak chaos, juga tanpa korban tewas. Bahwa pagar besi dirobohkan massa di beberapa titik, itu biasa. Kunci sukses Demo itu adalah satu misi dan gerakan serentak di beberapa kota besar Indonesia.
DEMO kali ini bergerak ekstra cepat. Materi demo soal DPR menganulir putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 60/PUU-XXII/2024 yang dibacakan di gedung MK Selasa, 20 Agustus 2024.
Rabu, 21 Agustus 2024, DPR menganulir putusan itu dengan RUU Pilkada yang sedianya akan disahkan jadi UU pada rapat paripurna esok harinya, Kamis, 22 Agustus 2024.
BACA JUGA: Respect! Dari Reza Arap Hingga Abang Ojol Bagikan Logistik ke Demonstran Tolak RUU Pilkada
BACA JUGA: Puan Maharani Ucapkan Terima Kasih Pada Demonstran: DPR Selalu Memperhatikan Aspirasi Dari Rakyat
Kamis pagi, 22 Agustus 2024, mulai sekitar pukul 09.00 WIB sejumlah massa berdemo mendatangi gedung DPR, Senayan, Jakarta. Kian lama jumlahnya kian banyak. Demo seru. Dikhawatirkan chaos.
Seumpama chaos, bakal mengganggu pembangunan ekonomi. Investor asing merelokasi modal ke negara lain. Calon investor asing bakal wait and see. PHK bakal marak. Ujungnya, rakyat yang sudah miskin sekarang malah bisa mati melet, kelaparan.
Namun, tidak chaos. Relatif damai. Misi pun sukses.
Ada riak-riak kecil. Tim polisi yang berjaga dilempari batu oleh massa. Polisi di garis depan, para tamtama, dan bintara bergaji kecil, dengan uang lauk-pauk sekadarnya, berjuang risiko mati, dihujani batu. Oleh mahasiswa pendemo yang kenyang makan, yang biasa memilih makan di mana. Pun, mereka disusupi para penjahat jalanan, mencopet sana sini karena target pada berkumpul di sana.
BACA JUGA: Jubir Istana Hasan Nasbi Tanggapi Demonstrasi RUU Pilkada: Sebut Sebagai Kebebebasan Berekspresi
BACA JUGA: Cuitan ‘Kembalikan Teman-Teman Kami’ Trending di X, Demonstran Diamankan Oleh Aparat
Ada pula pendemo tingkat elite. Pemilik majalah Tempo dan koran Jawa Pos, Goenawan Mohamad, 83, yang setiap tahun terima dividen puluhan miliar rupiah rutin dari dua perusahaan media massa raksasa itu, tahu-tahu menangis di gedung MK, Kamis, 22 Agustus 2024. Ia mewek di depan perwakilan MK dalam audiensi menolak sikap DPR soal UU Pilkada, yang didemokan ribuan orang itu.
Mengapa Goenawan sampai menangis?
Ternyata bukan soal ia sudah tua sehingga terlalu lebay. Bukan itu. Ia mengatakan, ”Maaf, saya enggak bisa ngomong karena emosi.” Tapi, kemudian ia menyerukan sebaiknya (rakyat) revolusi. Lalu, buru-buru ia redakan sendiri seruannya. Sebab, katanya, revolusi biayanya mahal (yang bakal membuat rakyat hidup lebih sengsara lagi).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: