Boeing Starliner, Misi Panjang yang Akhirnya Gagal

Boeing Starliner, Misi Panjang yang Akhirnya Gagal

Wahana Starliner buatan perusahaan Amerika Serikat, Boeing, sedang sandar di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada Juni 2024. --NASA

HARIAN DISWAY – Keputusan untuk memindahkan kru Starliner Boeing ke misi SpaceX adalah sebuah kisah panjang yang merusak kredibilitas raksasa kedirgantaraan Amerika Serikat (AS) tersebut.

Berikut ini adalah rangkuman dari kemunduran dan penundaan dalam perjalanan Starliner untuk menerbangkan kru ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Juga bagaimana catatan sejarah sehingga pesawat itu tidak bisa membawa dua astronot NASA, Butch Wilmore dan Sunita Williams pulang ke bumi.

2014: Kontrak Bersejarah dari NASA

Satu dekade yang lalu, NASA memilih dua perusahaan, Boeing dan SpaceX untuk masing-masing mengembangkan pesawat ruang angkasa baru yang mampu mengangkut astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). 

Badan antariksa AS itu meminta keduanya untuk siap pada 2017. Mereka ingin mengakhiri ketergantungannya pada pesawat ruang angkasa Rusia yang digunakan untuk mengangkut para astronot ke ISS. Sebab, NASA sudah menghentikan program pembuatan pesawat ulang alik pada 2011.

Kemudian, Boeing mendapatkan kontrak senilai 4,2 miliar dolar AS (sekitar Rp 65 miliar). Jauh lebih besar daripada SpaceX yang bernilai 2,6 miliar dolar AS (sekitar Rp 40 miliar).

Saat itu, perusahaan muda milik miliarder Elon Musk tersebut secara luas dipandang sebagai underdog jika disandingkan Boeing. 

BACA JUGA:Jepang Gandeng Elon Musk Orbitkan Satelit Starlink SpaceX

2019: Gagalnya Penerbangan Nirawak

Saat penerbangan tak berawak pertama pada Desember 2019, kapsul Boeing gagal menempatkan diri pada lintasan yang tepat dan kembali ke Bumi sebelum waktunya. Kala itu, mereka sudah terbang dua hari tanpa sukses mencapai ISS.

Masalahnya terletak pada keterlambatan. Mereka terlambat sebelas jam sehingga menyebabkan kapsul tidak dapat menembakkan pendorongnya pada waktu yang dijadwalkan.

NASA kemudian menyadari bahwa masalah perangkat lunak lain dapat menyebabkan tabrakan yang dahsyat. Pabrikan diberi daftar panjang rekomendasi dan modifikasi yang harus dilakukan setelah insiden tersebut.

2021: Harapan Palsu

Pada Agustus 2021, ketika roket sudah berada di landasan peluncuran untuk percobaan penerbangan berikutnya, kelembapan yang tak terduga menyebabkan reaksi kimia yang menghalangi pembukaan beberapa katup kapsul. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: agence france-presse