Kisah Sven-Goran Eriksson, Penggemar Liverpool yang Sempat Diragukan di Timnas Inggris

Kisah Sven-Goran Eriksson, Penggemar Liverpool yang Sempat Diragukan di Timnas Inggris

KISAH Sven-Goran Eriksson, penggemar Liverpool yang sempat diragukan di Timnas Inggris. Foto: Sven-Goran Eriksson memimpin latihan timnas Inggris di Piala Dunia 2006. -Nicholas Asfouri-AFP


KISAH Sven-Goran Eriksson, penggemar Liverpool yang sempat diragukan di Timnas Inggris. Foto: Sven-Goran Eriksson saat menangani timnas Inggris di Piala Dunia 2006.-AFP-

Eriksson datang ke Inggris setelah prestasi mentereng di Lazio. Ia bawa Lazio memenangi Serie A, Coppa Italia, dan Piala Super Italia 2000. Meski begitu, itu pun belum cukup untuk meyakinkan fans Inggris. Sebab, prestasi di level klub dan timnas tidak bisa dibandingkan.

BACA JUGA:Liverpool vs Brentford 2-0: The Reds Kunci Tiga Angka di Kandang

BACA JUGA:Ipswich vs Liverpool 0-2: Mo Salah Berharap The Reds Konsisten!

Namun, dengan kerja keras dan ketekunannya, Sven berhasil memenangkan hati banyak orang. Sembilan bulan setelah penunjukannya, ia bawa Inggris menghajar Jerman 5-1 di kandang lawan, dalam kualifikasi Piala Dunia 2002.

Kemenangan itu, dan tiket lolos ke Piala Dunia 2002 di Jepang-Korea, menghapus seluruh keraguan publik pada Sven-Goran Eriksson.

Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian pada 2019, Sven-Goran Eriksson ditanya, apakah ia memiliki penyesalan selama melatih timnas Inggris. Ia menjawab, "Yah, mungkin sekali… Yakni Piala Dunia yang terakhir," katanya.

Eriksson memawa The Three Lions melaju ke perempat final Piala Dunia 2006 di Jerman. Berbekal materi pemain yang dijuluki Generasi Emas, ia menyesal tak bisa membawa Inggris melaju lebih jauh.


Sven-Goran Eriksson tutup usia, pernah tangani Timnas Inggris hingga Filipina! Foto: Sven-Goran Eriksson dan David Beckham di Piala Dunia 2006. -AFP-

BACA JUGA:Liverpool Beli Kiper Giorgi Mamardashvili, Panic Buying?

BACA JUGA:Gagal Dapatkan Zubimendi, Liverpool Harus Cari Gelandang Baru: Inilah 4 Alternatif yang Tersedia

Setelah bermain imbang tanpa gol dengan Portugal, pertandingan dilanjutkan ke adu penalti. Bisa ditebak, Inggris kalah 1-3. Mereka gagal mengeksekusi tiga dari empat tendangan penalti. Gara-gara Steven Gerrard, Frank Lampard, dan Jamie Carragher.

"Aku seharusnya menyewa pelatih mental untuk adu penalti," sesal Eriksson. Karena rupanya, tiga pemain yang sangat hebat itu ngeper juga berhadapan dengan tendangan 12 pas. "Kupikir kami cukup berpengalaman, dan kami memiliki pemain yang ahli dalam penalti. Sekarang sudah menjadi sejarah," ujarnya.

Kini, Sven-Goran Eriksson sudah pergi. Namun kenangan tentang dedikasi dan kecintaannya pada sepak bola akan terus hidup di hati para penggemar si kulit bundar.

Warisannya sebagai pelatih yang penuh semangat akan selalu dikenang, dan momen istimewa di Anfield itu akan menjadi bagian dari cerita hidup yang tak terlupakan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber