Kenaikan Suhu, Kualitas Kimchi di Korea Selatan Terancam Turun

Kenaikan Suhu, Kualitas Kimchi di Korea Selatan Terancam Turun

Para petani menempatkan kubis kimchi yang sudah dikemas pada sebuah wadah di ladang kubis kimchi desa Anbandeogi di Gangneung, Korea Selatan, 22 Agustus 2024.-Kim Soo-hyeon-Reuters

HARIAN DISWAY -  Kimchi menjadi korban dari perubahan iklim. Salah satu hidangan terkenal di Korea Selatan ini terancam karena kenaikan suhu. Para ilmuwan, petani, dan produsen mengaku bahwa kualitas dan kuantitas Kimchi drop. 

Kimchi sendiri merupakan hidangan pedas dan difermentasi. Bisa dibuat dari sayuran lain seperti lobak, mentimun, dan daun bawang, tetapi yang paling populer tetap berbahan dasar kubis.

Jenis kubis yang biasa digunakan untuk membuat kimchi ini tumbuh subur di iklim yang lebih dingin. Biasanya ditanam di daerah pegunungan yang suhu selama musim panasnya jarang di atas 25 derajat Celcius.

BACA JUGA: BMKG: Generasi Z dan Alpha Paling Terdampak Perubahan Iklim, Perlu Aksi Nyata

Di musim itulah yang menjadi musim tanam utama tanaman tersebut. Sedangkan, penelitian terbaru menunjukkan bahwa cuaca menjadi lebih hangat. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim yang sekarang mengancam tanaman ini.

Korea Selatan mungkin tidak akan bisa menanam kubis napa suatu hari nanti karena suhu yang kian panas. “Kami berharap prediksi ini tidak terjadi,” kata ahli patologi tanaman dan virologi Lee Young-gyu, seperti yang dilansir dari CNA.

“Kubis suka tumbuh di iklim yang sejuk dan beradaptasi pada rentang suhu yang sangat sempit. Suhu optimalnya adalah antara 18 dan 21 Celcius,” lanjut Lee. Sejauh ini para petani dan pembuat kimchi sudah merasakan dampak dari perubahan iklim ini.

BACA JUGA: Suhu Bumi Meningkat Dekati 1,5 Derajat Celcius, BMKG Tekankan Urgensi Penanganan Dampak Perubahan Iklim

Lee Ha-yeon yang memegang gelar Kimchi Master dari Kementerian Pertanian menjelaskan efek suhu yang lebih tinggi pada sayuran tersebut. Ia mengatakan bahwa bagian tengah kubis membusuk dan akarnya menjadi lembek.

Kondisi ini tentu saja sangat membuat khawatir masyarakat. “Karena jika hal ini terus berlanjut, maka pada musim panas nanti kita mungkin harus berhenti makan kimchi kubis,” jelas Lee.

Data dari badan statistik pemerintah menunjukkan bahwa luas lahan kubis dataran tinggi yang ditanami tahun lalu kurang dari separuh dibandingkan dengan 20 tahun lalu atau hanya seluas 3.995 hektar. Sementara 20 tahun lalu masih 8.796 hektar.

BACA JUGA: Suhu Panas Indonesia Terus Pecahkan Rekor, BMKG Sebut Perubahan Iklim Ancam Ketahanan Air dan Pangan

Menurut Rural Development Administration, badan riset pertanian negara, skenario perubahan iklim memproyeksikan area pertanian menyusut secara dramatis dalam 25 tahun ke depan menjadi hanya 44 hektar.


Lee Ha-yeon, seorang grand master kimchi yang diakui dan para muridnya menyiapkan kimchi di Institut Budaya Kimchi di Namyangju, Korea Selatan, 21 Agustus 2024.-Kim Soo-hyeon-Reuters

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: