Wajah Kebinekaan di kala Bapak Suci Tiba (6): Berjumpa Maria Bunda Segala Suku

Wajah Kebinekaan di kala Bapak Suci Tiba (6): Berjumpa Maria Bunda Segala Suku

PAUS FRANSISKUS memimpin misa di samping patung Maria Bunda Segala Suku, Kamis, 5 September 2024.-Achmad Ibrahim-AFP-

Menapaki lorong-lorong Museum Katedral Jakarta memberikan sensasi yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Di balik gerbang megah dan kokoh Gereja Katedral, suasana Jakarta yang hiruk-pikuk tiba-tiba terasa menjauh. Terlebih tersimpan Patung Bunda Maria Segala Suku yang menawan.

HARIAN Disway berkesempatan mengunjungi Museum yang berada di gereja yang berada di pusat Jakarta itu, Jumat, 6 September 2024. Gereja Katedral Jakarta dibangun dengan gaya arsitektur Neo-gotik. Salah satu pusat perhatian di situ adalah Museum Katedral Jakarta. 

Saat saya hendak memasuki museum, umat berlalu lalang bersiap melaksanakan ibadat siang. Saat kaki akan melangkah memasuki pelataran museum, suasana di sekitar memberi isyarat untuk bersikap khidmat.

Ketika memasuki museum, suasana hening yang menyelimuti ruangan. Tidak ada keramaian atau suara bising pengunjung, hanya keheningan yang menenangkan. Ruang pamer di museum ini begitu tertata rapi, dengan benda-benda koleksi yang dipajang dalam bilik kaca kecil. 

BACA JUGA:Wajah Kebinekaan di Kala Bapak Suci Tiba (3): Berkah Kunjungan Sang Gembala

BACA JUGA:Sean Louis, Bocah 4 Tahun yang Diberkati Paus Fransiskus dan Dapat Kado Istimewa

Di ruangan sebelah kanan, tampak beberapa kursi roda tua, patung, dan lukisan yang menyimpan cerita masa lampau para misionaris yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama Katolik. 

Lalu di bagian lain museum, terdapat koleksi berupa buku catatan pernikahan dan buku baptis pertama yang dipajang di etalase kaca. Tulisannya begitu indah dan rapi, mengingatkan kita pada dedikasi mereka yang menulisnya, membawa jejak sejarah yang tersimpan rapi dari masa ke masa. 


TEKS LAGU CREDO yang digunakan kali pertama saar Gereja Katedral Jakarta berdiri, Teks itu kini tersimpan di Museum Katedral Jakarta.-Agustinus Fransisco-

Detail tulisan tangan yang sempurna pada buku-buku tua itu seperti menyuruh untuk membayangkan bagaimana peristiwa-peristiwa penting dalam hidup manusia dicatat dengan kekhidmatan.

Menuju lantai dua, suasananya tidak berubah. Masih hening. Tapi terasa semakin mendalam. Tangga kayu menjadi medan yang harus dinaiki untuk menilik koleksi lainnya di museum itu. Bunyi tangga kayu itu berderit pelan, seolah menjadi satu-satunya suara di tengah keheningan ruangan. 

Di lantai atas, benda-benda tersimpan rapi, sehingga semakin menambah kekaguman dan kekayaan sejarah yang ada di sini. Tempat tidur besi dengan ukiran sederhana, meja kayu lawas yang terawat dengan baik. Itu semua adalah peninggalan uskup dan romo yang memimpin Gereja Katedral Jakarta di masa lampau.  

“Saya sangat menyukainya. Koleksinya cukup lengkap. Saya begitu menikmati suasana di museum ini,” ujar Luis Landsall, turis asal Inggris yang berkunjung ke Museum Katedral Jakarta hari itu.


UMAT MELIHAT foto-foto uskup dan pimpinan Gereja Katedral Jakarta kali pertama gereja itu berdiri.-Agustinus Fransisco-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: