Festival Bulan Purnama Kembali Digelar di Kelenteng Sanggar Agung Kenpark, Ini Dia Wujud Percampuran Budayanya

Festival Bulan Purnama Kembali Digelar di Kelenteng Sanggar Agung Kenpark, Ini Dia Wujud Percampuran Budayanya

Suasana Festival Bulan Purnama di Kelenteng Sanggar Agung Kenpark-Martinus Ikrar Raditya-Harian Disway

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Festival Bulan Purnama memiliki nama lain yakni Festival Kue Bulan yang jatuh pada pertengahan musim gugur tanggal 15 bulan 8 dalam penanggalan Imlek.

Menjadi sebuah agenda setiap tahun berturut-turut. Di tempat ibadah Tri Dharma Kelenteng Sanggar Agung yang berlokasi di Kenjeran Park, Jalan Sukolilo 100, Kecamatan Kenjeran, Surabaya. Dilaksanakan pada 17 September 2024, pukul 18.30 WIB.

Baru memasuki kawasan kelenteng, sudah disambut dengan hiruk-piruk pertunjukkan barongsai untuk menandakan acara segera dibuka. Di sisi lain, banyak umat Konghucu yang bersembahyang sembari membakar dupa.

Banyak keluarga yang menaruh harapan di kertas lampion kemudian diterbangkan dengan rasa syukur. Angin bertiup secara kencang bersamaan dengan sisa bakaran dupa yang wangi. Kira-kira sudah tahun ke-24 Kelenteng Sanggar Agung menggelarnya.

Mengawali Festival Bulan Purnama pertama kali di Surabaya sebagai peringatan budaya. Pertunjukkan barongsai dari grup Ksatria Surabaya menjadi ikon utama pembukaan acara.

BACA JUGA: Kue Bulan di Kelenteng Delapan Kebajikan


Penampilan barongsai Ksatria Surabaya di Festival Bulan Purnama-Martinus Ikrar Raditya-Harian Disway

Kaki naga berlarian untuk berpamitan dari tempat sembahyang, kemudian langsung menuju ke panggung halaman belakang untuk melakukan pertunjukkan. Pertunjukkan kebudayaan kedua dibawakangrup paduan suara Pemuda-Pemudi Kawanua.

Mereka berasal dari etnis Minahasa yang ada di Surabaya. Membawakan lagu daerah ''Esa Mokan Genangku'' memiliki arti ''Satu Harapan'' merupakan lagu daerah Sulawesi Utara. Perpaduan budaya yang ketiga ialah penampilan grup Kejawen Gebyar Sinden Bidadari. 


Penampilan paduan suara dari grup K3S(Kerukunan Keluarga Kawanua Surabaya) dengan menyanyikan lagu berjudul Esa Mokan Enangku (Satu Harapanku) pada event Festival Bulan Purnama di Sanggar Agung Kenjeran, Surabaya_Selasa, 17 September 2024-Martinus Ikrar Raditya-Harian Disway

''Kita berusaha setiap tahunnya bikin acara yang beda-beda. Tapi tetep panggung hiburan. Tahun lalu ada barongsai collab sama banci-banci. Sekarang kami mau ada perpaduan tiga budaya gitu.’’ ujar Vivi Sriyanti selaku pengurus dan koordinator acara.

BACA JUGA: Sejarah, Mitos, dan Perayaan Festival Kue Bulan

Terdapat puncak acara yakni penerbangan lampion secara bersama-sama yang diikuti oleh pertunjukkan barongsai lagi. Namun, puncak acara ini diikuti oleh segelintir pengunjung saja untuk penerbangan lampion. Karena para pengunjung sudah menerbangkan sedari awal, sebelum puncak acara.

Banyak keluarga, pasangan, dan teman yang berkumpul menjadi satu. Menuliskan doa harapan mereka di kertas lampion yang kemudian diterbangkan bersama-sama. ''Semoga keluarga sehat panjang umur, dilancarkan anak saya bersekolah,” tutur Indra.

Pengunjung dari Gunungsari itu tampak senang menyaksikan festival. Menurut kepercayaan umat Konghucu, ketika menerbangkan lampion tanpa tersangkut dan terbang bebas. Artinya doa mereka cepat terkabul pada Sang Pencipta.


(dari kiri) Evelyn Sananta dan Axell Susanto saat menerbangkan lampion bersama pada event Festival Bulan Purnama di Sanggar Agung Kenjeran, Surabaya_Selasa, 17 September 2024-Martinus Ikrar Raditya-Harian Disway

Tidak hanya pertunjukkan kebudayaan saja, tetapi para pengunjung dapat menikmati bazar makanan dengan banyak sekali tenant makanan yang bermacam-macam. Ada Pia Kemenangan, Cuhima Bu Eve, Sate Babi ''Suge’’, Kizuna Sushi, Pork House.

Ada juga Kyoto Surabe, Bebek Iteng, Nasgor In, Velen Kitchen Vegetarian, Bakcang Surabaya, Pohong Tata, Otak-Otak Ny Ban, Es Puter Kelapa Singapore, Putu Ayu Ndeso, dan masih banyak lagi. Tidak hanya non-halal, banyak sekali makanan halal yang bisa dicicipi ketika berkunjung.


Kemeriahan bazar di Festival Bulan Purnama-Martinus Ikrar Raditya-Harian Disway

'"Tenant-tenant ini langganan selalu mau buka di event kami, soalnya tahu kalau festival di Kelenteng Sanggar Agung paling ramai se-Surabaya, memang sih.

Tapi menurut saya malah ramean tahun kemarin soalnya ada libur tanggal merah makanya saya pasang dua hari kemarin. Tapi nggakpapa tahun ini juga nggak kalah ramai.’’ ungkap Vivi sekali lagi.

Untuk hari biasa, selain sebagai tempat beribadah umat Konghucu. Kelenteng Sanggar Agung juga sering dikunjungi oleh para turis ketika mengunjungi Kenpark. Sembahyang tetap berjalan tetapi kelenteng juga dibuka secara umum. '

'Saya nggak sembahyang, tapi saya dateng kesini karena pengen tahu kelentengnya umat Konghucu. Bagus sekali. Kayak gini kan namanya toleransi, sekalian nonton barongsai yang tampil juga meriah sekali acara ini.’’ ujar William pengunjung dari Rungkut.

BACA JUGA:Series Jejak Naga Utara Jawa (39) : Sejarah Kelenteng pada Mural

Bagi masyarakat Surabaya yang ingin bersembahyang di Kelenteng Sanggar Agung Kenpark, tetapi terhambat ketika akan masuk kelenteng karena harus membayar di loket pintu masuk.

Tidak usah khawatir, Kelenteng Sanggar Agung memfasilitasi kartu keanggotaan agar diberikan akses gratis ketika memasuki Kawasan Kenpark. Segala upaya dapat dilakukan untuk bersembahyang sehingga tidak ada kata untuk tidak bisa berdoa kepada Sang Pencipta. (Yulita Intania)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: