Tujuh Mayat Terapung di Kali Bekasi

Tujuh Mayat Terapung di Kali Bekasi

ILUSTRASI tujuh mayat pria remaja terapung di kali Bekasi. Menurut penyelidikan, mereka akan tawuran, ditegur polisi, lalu kecebur sungai. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA: Cara Ijal Kubur Mayat

BACA JUGA: Sulitnya Uji DNA Mayat Hangus Korban Kecelakaan Sopir Microsleep

Proses identifikasi mayat berlangsung cepat. Dan riuh. Oleh warga. Berita itu menghebohkan warga Jabodetabek, khususnya Bekasi. Para ortu yang anak-anak mereka belum pulang berduyun ke RS Polri. Mayat-mayat itu masih berpakaian lengkap. Mereka mengenakan jaket yang sama, warna hitam. Juga, bentuk sepatu yang sama. Seolah mereka berseragam. Mungkin geng motor.

Mayat pertama yang dikenali adalah Muhammad Rizky, 18. Dikenali sepupunya, Dwi Septiani Wulandari, yang mendatangi RS Polri dan mengenali pakaian Rizky. Septiani kepada wartawan menceritakan: 

”Rizky pergi sejak Sabtu sore (21 September). Semula ia kumpul dengan teman-teman di depan rumah. Lalu, katanya ada temannya ulang tahun, rumahnya di Cikunir. Kabarnya, ia berada dekat kali itu dikejar polisi.”

BACA JUGA: Sidoarjo Geger! Mayat Bayi Perempuan Dibuang di TPST Sukorejo Buduran

BACA JUGA: Kasus di Mojokerto, Pembunuh Perkosa Mayat

Mayat lain dikenali sebagai Ahmad Davi, 16. Dikenali bibinya, Yanti, yang melihat pakaian di tubuh korban di RS Polri.

Yanti: ”Davi pergi dibonceng teman lelaki pada Jumat malam (20 September). Sampai Sabtu belum pulang. Tahu-tahu tadi pagi (Minggu) ada kabar ini. Kami datangi rumah sakit ini. Temannya itu masih hidup, sudah saya laporkan polisi.”

Penyelidikan berlangsung cepat. Minggu polisi menangkap 18 remaja yang terkait dengan mayat tujuh remaja itu. Dari 18 orang, yang 15 jadi tersangka. Dari 15 tersangka, 3 membawa senjata tajam.

Irjen Karyoto: ”Senjata tajam itu bukti mereka akan tawuran. Ketika ada patroli polisi, sebagian takut dan kabur, menceburkan diri ke sungai.”

Dilanjut: ”Patroli tidak salah. Patroli memang pada pukul 03.00 WIB. Jika orang normal dalam keadaan jam-jam segitu tentunya sedang istirahat. Tapi, kami memeriksa internal melibatkan propam dan Kompolnas.”

Tawuran remaja di Indonesia sudah sangat lama terjadi, tapi dalam lima tahun terakhir intensitasnya naik. Seolah tak teratasi ortu dan guru di sekolah. Dibiarkan terus naik jumlahnya. Sangat mungkin para ortu tahu anak mereka tawuran, tapi mereka bingung cara mengatasi atau mencegah. Akhirnya ditangani polisi karena mereka berbuat kriminal.

Dikutip dari buku berjudul The Whipped Parent (2003) karya Marney Studaker-Cordner bersama Kimberly Abraham dan Kathryn O’Dea, diulas penyebab remaja tawuran.

Di situ dicetuskan teori The Thunderstorm Model (Model Badai Petir). Pikiran, perasaan, dan tindakan manusia merupakan satu paket. Dianalogikan dengan awan di langit dan petir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: