Imam Masjid Nabawi Kunjungan Kenegaraan ke Indonesia, Bawa Pesan Raja Salman untuk Menag

“Oleh karena itu, di antara tujuan kunjungan ini adalah bagaimana kita saling tukar pengalaman, saling tukar bagaimana kita membahas kepentingan bersama, dan membangun jembatan, khususnya kepada Indonesia,” sambungnya. 

BACA JUGA:1 Dekade Pemerintahan Jokowi: Lebih 255 Ribu Tanah Wakaf Tersertifikasi dan 1.200 KUA Direvitalisasi

BACA JUGA:Segera Diterbitkan Kemenag, Begini Logo Hari Santri 2024 dan Makna Filosofinya

Tentu, Gus Yaqut menyambut baik kunjungan tersebut. Baginya, kunjungan itu sebagai sebuah kehormatan.

"Terima kasih kepada Syaikh Ahmad yang bersedia berkunjung ke negara kami. Sampaikan salam takdzim kami kepada Yang Mulia Raja Salman dan Putra Mahkota," kata Menag. 

Ia juga berterima kasih kepada Khadim Al-Haramain Al-Syarifain di Jakarta. Gus Yaqut memastikan bahwa hubungan antara dua negara, kerajaan, dan masyarakat, berjalan dengan baik.

"Insyaallah kita akan berusaha untuk menjaga hubungan antara dua negara," imbuhnya. 

BACA JUGA:Kemenag Siap Gelar Religion Festival untuk Sambut Hari Santri 2024

Ia juga mengapresiasi Faisal yang selama ini telah menjadi mitra Kemenag dalam hubungan kerja sama dengan Arab Saudi. Secara pribadi, Gus Yaqut merasa hubungannya dengan Faisal seperti hubungan saudara.

"Apa pun persoalan kami sampaikan kepada beliau, pasti beliau akan segera carikan solusinya dengan cepat, baik itu terkait dengan keagamaan maupun terkait dengan urusan haji,” sambungnya. (*)

Keakraban Menag Yaqut Cholil Qoumas (kanan) dan Imam dan khatib Masjid Nabawi Syaikh Ahmad bin Ali Al-Hudzaifi.-Humas Kemenag-

Jadwal Kunjungan Imam Masjid Nabawi

Imam Masjid Nabawi Syaikh Ahmad bin Ali Al-Hudzaifi dijadwalkan berada di Indonesia hingga 11 Oktober 2024. Adapun rangkaian jadwal kunjungannya selama di Indonesia, sebagai berikut: 

• Selasa, 8 Oktober 2024: bertemu dengan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. 

• Rabu, 9 Oktober 2024: bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara; bertemu Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU); bertemu Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).

Sumber: