Hartono Leke, Kisah Maestro Tari Bujang Ganong (1): Cinta Reyog Sejak 1975

Hartono Leke, Kisah Maestro Tari Bujang Ganong (1): Cinta Reyog Sejak 1975

Hartono Leke, Maestro Tari Bujang Ganong (1): Cinta Reyog Sejak 1975. Sosok Hartono Leke tidak terpisahkan dari kesenian bujang ganong dan reyog Ponorogo.-Boy Slamet-HARIAN DISWAY

Leke merupakan orang asli Ponorogo. Lahir dan besar di kawasan Pakunden. "Bermula pada era '70an. Saya aktif di kelompok atraksi. Semacam breakdance begitu. Tapi juga suka reyog. Suatu ketika, saya melihat pementasan reyog Singo Mudho. Kelompok itu berpentas di lapangan desa Pakunden," ungkapnya.


Hartono Leke, Maestro Tari Bujang Ganong (1): Cinta Reyog Sejak 1975. Hartono Leke pertama kali bergabung dengan kelompok reyog Singo Mudho di Pakunden, Ponorogo.-Boy Slamet-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:Dahlan Iskan Tinjau Monumen Reog Ponorogo: Sampung Bukan Lagi Gaplek dan Gamping

Ketika menonton, Leke melihat tokoh Bujang Ganong. Penarinya berakrobat sembari berayun di seutas tali yang diikat pada dua ruas bambu. Pun, melakukan gerakan sulit. Kemudian ia iseng ikut menirukan gerakan-gerakan tersebut. 

Gerakan yang dilakukannya tak beda jauh dengan gerakan-gerakan penari bujang ganong tersebut. Leke pun ikut jadi pusat perhatian. Hingga pemimpin kelompok Singo Mudho mengamatinya. Usai pementasan, Leke dipanggil.

"Saya diajak bergabung dengan kelompok Singo Mudho. Jadi itulah kelompok reyog pertama saya. Aktif sejak 1975. Sebagai permulaan, saya ikut kelompok penari jathilan," ujar pria 58 tahun itu.

BACA JUGA:Gelar Purnama, Reog Ponorogo Pukau Pengunjung Taman Budaya Jatim


Hartono Leke, Maestro Tari Bujang Ganong (1): Cinta Reyog Sejak 1975. Hartono Leke, menciptakan kreasi tari bujang ganong yang menjadi sumber inspirasi bagi seluruh grup reyog tanah air.-Boy Slamet-HARIAN DISWAY

Dulu, penari jathilan wajib ditarikan oleh laki-laki. Sebab tari itu mencerminkan seorang prajurit perang yang gagah berani. Sebagai bagian dari pasukan yang dipimpin Bujang Ganong.

Kemudian, karena Leke sudah menguasai banyak gerakan akrobatik, ia mendapat peran sesuai keinginannya: Bujang Ganong. Sosok patih pemberani yang juga humoris. Tokoh tersebut adalah gabungan dari beberapa sifat: tegas, keras, tapi tak kehilangan selera humor.

Maka pementasan reyog sebenarnya terdiri dari tiga tahapan. Pertama, kemunculan penari jathilan. Kedua, tari atau atraksi bujang ganong, dan ketiga, dadak merak. Bersama Singo Mudho, Leke sering tampil di berbagai tempat. Seperti acara-acara kebudayaan atau bersih desa.

BACA JUGA:Brawijaya Awards, Babinsa Kodim Lumajang Kembangkan Kampung Religi hingga Bentuk Grup Reog

Fungsi pementasan reyog agaknya sama dengan barongsai. Yakni sebagai sarana pembersihan energi negatif yang melingkupi suatu tempat. Di sisi lain, fungsi utamanya selain sebagai hiburan adalah sarana untuk melestarikan tradisi lokal.

Hingga pada akhir dekade 80an, Leke tertarik untuk mengembangkan tari bujang ganong. Yang lazimnya hanya diisi atraksi dan lawakan, ia mulai memasukkan unsur tari yang estetik. Namun tetap tak meninggalkan gerakan-gerakan tegas khas tokoh Bujang Ganong.

Kreasinya itu diapresiasi banyak pihak. Dilakukan oleh semua grup reyog. Bahkan dibukukan. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: