Rumah Roeslan Abdulgani, Jejak Revolusi dan Dedikasi Keluarga Merawat Sejarah

Rumah Roeslan Abdulgani, Jejak Revolusi dan Dedikasi Keluarga Merawat Sejarah

Keponakan Roeslan Abdulgani, Rahma Rondang Aristin, menunjukkan beberapa foto kenangan sang pahlawan yang terpajang di dinding rumah.-Martinus Ikrar Raditya-HARIAN DISWAY

Roeslan Abdulgani. Nama itu mudah kita temui dalam daftar pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia. Tetapi, bila ingin melacak jejaknya lebih jauh, datanglah ke rumah di Jalan Plampitan, Gang VIII, No 34, Peneleh Surabaya.

Di balik pintu kayu yang sederhana itu tersembunyi kenangan berharga tentang seorang tokoh besar dalam sejarah Indonesia: Roeslan Abdulgani atau yang akrab disapa Cak Roes. Ialah tokoh nasional yang juga pemimpin pemuda di Surabaya pada masa revolusi.

Ya, Cak Roes ikut merebut kekuasaan dari Jepang saat Proklamasi Kemerdekaan. Ia terlibat pertempuran kala pasukan sekutu mendarat di Surabaya. Bahkan, sesudah 10 November 1945, ia terpaksa menyingkir ke Malang. 

BACA JUGA:Gedung Cak Durasim, Kenang Semangat Juang Seniman Ludruk Era Kolonial


Tampak depan kediaman Roeslan Abdulgani di Jalan Plampitan VIII no.34, Surabaya.-Martinus Ikrar Raditya-HARIAN DISWAY

Cak Roes meninggalkan rumahnya sebagai warisan sejarah. Rumah dengan bangunan klasik itu masih kokoh berdiri di tengah hiruk-pikuk Kota Surabaya. Dirawat penuh kasih oleh keluarganya, seakan tetap menjaga semangat perjuangan masa lampau.

Sayangnya, meski rumah ini menjadi tempat bersejarah, perawatannya kini sepenuhnya di tangan keluarga tanpa dukungan pemerintah. Dedikasi keluarga begitu besar untuk menjaga kondisi rumah ini tetap layak kunjung. Tak pernah surut meskipun sudah lama tak ada bantuan dana.

Bu Rahma, keponakan sang pahlawan, dengan sabar dan telaten merawat rumah peninggalan Cak Roes. Melanjutkan komitmen untuk menjaga agar rumah tersebut tetap terjaga dengan baik. "Dulu, waktu Pak Bambang Dwi Hartono masih menjabat sebagai wali kota Surabaya, ada bantuan biaya perawatan sekitar 500 ribu per bulan," ujarnya.

BACA JUGA:Museum WR Soepratman, Saksi Bisu Hari Terakhir Sang Komposer

Namun, setelah itu, bantuan dari pemerintah sudah tidak ada lagi. Meskipun demikian, keluarga Cak Roes tetap berusaha keras untuk mempertahankan rumah ini agar terus menjadi simbol perjuangan. Agar terus bisa dinikmati oleh para pengunjung.

Di samping kanan pintu masuk terdapat sebuah plakat bertulisan Rumah Kelahiran Cak Roeslan Abdulgani, 24 November 1914. Sedangkan di sebelah kiri, ada kulkas sederhana berisi es krim yang dijual Bu Rahma. Selain menjaga warisan sejarah, keluarga Cak Roes juga menjadikan rumah ini sebagai tempat usaha kecil.

Meskipun hanya bagian depan rumah yang terbuka untuk umum, setiap sudut ruang tamu tersebut memancarkan nuansa khas era perjuangan. Dindingnya penuh dengan foto-foto bersejarah. Banyak foto Cak Roes bersama tokoh-tokoh nasional seperti Bung Tomo dan Ir Soekarno.

BACA JUGA:Rumah Kelahiran Bung Karno dan Perjuangan Meluruskan Sejarah: Soekarno Arek Suroboyo!

Foto-foto itu tak hanya menjadi hiasan. Tetapi juga menghadirkan potongan-potongan sejarah yang membangkitkan ingatan tentang peran penting Cak Roes dalam perjalanan bangsa merebut kemerdekaan. 

Buku-buku lama yang dulu sering dibaca Cak Roes juga tersusun rapi di rak. Seolah menjadi saksi bisu dari semangat belajar dan pemikiran seorang pahlawan. Selain foto dan buku, ruang tamu ini memiliki sebuah lemari kayu berisi barang-barang Cak Roes. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway