Fenomena Cancel Culture: Dampak, Kontroversi, dan Relevansinya di Era Digital
ILUSTRASI Fenomena Cancel Culture: Dampak, Kontroversi, dan Relevansinya di Era Digital-Chintya Tuffahati Fadhilah untuk Harian Disway-
Sebaliknya, cancel culture juga memiliki dampak negatif.
Dalam beberapa kasus, fenomena itu dapat menjadi makin besar dan mengarah pada penindasan kelompok (cyberbullying) dan mengakibatkan tekanan psikologis bagi mereka yang terlibat dan reputasi yang rusak yang sering kali sulit diperbaiki.
Padahal, mereka sudah memberikan klarifikasi atau permintaan maaf kepada publik.
Di era digital, cancel culture menjadi fenomena yang relevan karena memberikan ruang bagi masyarakat untuk secara kolektif menetapkan standar moral dan membangun mekanisme perbaikan sosial yang dinamis.
Fenomena itu juga berimplikasi pada dunia profesional, yakni suatu individu atau kelompok perlu beradaptasi untuk menjaga reputasi dan lebih berhati-hati dalam bertindak dan berkomunikasi.
Oleh karena itu, penting untuk mendorong dialog yang konstruktif, menumbuhkan budaya memaafkan, dan mendidik masyarakat tentang pentingnya memverifikasi informasi sebelum memberikan tanggapan.
Sebab, itu adalah satu-satunya cara untuk memanfaatkan budaya pembatalan untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik tanpa merusak esensi keadilan. (*)
*)Chintya Tuffahati Fadhilah adalah mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Airlangga, Surabaya--
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: