Gereget Pilkada
ILUSTRASI gereget pilkada serentak 2024.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Oligarki politik yang bercumbu dengan transaksionalisme pemilih bisa membuat ruang politik menjadi hanya permainan kelompok terbatas. Apalagi, makin hari, partai politik cenderung kehilangan platform yang menjadi identitas dirinya. Tak ada ”ideologi” atau ”jenis kelamin” yang jelas yang bisa menjadi panduan pemilih serius.
Ekosistem politik yang demikian jelas tidak baik-baik saja untuk masa depan bangsa. Diperlukan upaya serius untuk secara bersama memutus mata rantai transaksionalisme politik yang telah merambah ke mana-mana. Diperlukan ”reinventing” alias menemukan kembali jati diri politik. Untuk apa kita berpolitik dan untuk apa kita perlu menggelar pemilu?
Tentu hal tersebut menjadi ranah partai politik. Lembaga politik yang memang didesain untuk bergerak di ranah itu. Pilar yang seharusnya menjadi penjaga demokrasi. Sebuah sistem politik yang menjadi pilar bagi jalannya tata kenegaraan dan pemerintahan. Parpol yang memang bertugas menjadi pencetak pemimpin politik dan penyalur aspirasi rakyat.
Saya tak pernah ingin menyalahkan rakyat sebagai sumber dari kecenderungan transaksionalisme politik itu. Sebab, di dalam masyarakat yang paternalistik seperti kita, keteladanan kepemimpinan adalah segalanya. Maka, elite politik yang harus menginisiasi atau memulai.
Dulu, ketika reformasi politik terjadi, saya membayangkan tatanan politik baru yang lebih maju akan terwujud dalam tiga kali pemilu. Namun, ternyata masih butuh waktu lebih lama lagi untuk itu. Rupanya, masih perlu dirumuskan kembali paradigma berpolitik kita. Tidak hanya berebut kuasa, tapi juga membangun peradaban politik yang lebih berbudaya.
Jadi, ke depan bukan hanya menggeregetkan kembali pilkada, tapi lebih memperadabkan berbagai proses politik kita. Agar keberadaan negara bangsa ini tetap terjaga. Ayo, kita bisa! (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: