Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC), Benteng Konservasi di Pesisir Selatan Jawa
Iqbal Maghribi Jenned (kanan) membantu Winie Rasgiyan Seshandy menanam mangrove, Minggu, 17 November 2024.-M. Sahirol Layeli-Harian Disway-
Mahasiswa Universitas Brawijaya melihat maket yang menjelaskan tentang siklus hidup penyu dan habitat pesisir di BSTC, Kabupaten Malang, 17 November 2024.-M. Sahirol Layeli-Harian Disway-
Para mahasiswa itu juga dikenalkan betapa Indonesia memiliki peran penting dalam pelestarian penyu. ’’Saat ini, di dunia tinggal 7 jenis penyu. Dan enam di antaranya ada di Indonesia,’’ ucap arek asli Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, tersebut. Dan di antara enam jenis itu, lima di antaranya ada di Malang Selatan. ’’Jadi, memang sangat penting ketika kita melakukan upaya konservasi di sini,’’ papar Dwi.
Lestarikan Penyu, Merawat Mangrove
Memang, fokus utama BSTC adalah pelestarian penyu. Tetapi, para mahasiswa itu juga diajarkan bahwa melestarikan penyu juga berarti melestarikan habitat dan ekosistemnya. Termasuk wilayah pantai beserta vegetasinya.
Karena itulah, siang itu mahasiswa-mahasiswa tersebut diajak untuk menanam mangrove. ’’Hayo, siapa yang tahu bedanya bakau dan mangrove?’’ pancing Dwi.
Tak ada yang menjawab. Asyik menyimak pemaparan. ’’Gampangnya gini. Bakau adalah mangrove, tetapi tidak semua mangrove adalah bakau,’’ ucap Dwi. Anak-anak muda itu manggut-manggut.
Mereka lalu dipahamkan bahwa mangrove adalah vegetasi (pohon hingga semak) yang tumbuh di kawasan pesisir, terutama di kawasan air asin atau payau. Dan bakau (Rhizopora) adalah salah satu jenis mangrove tersebut.
Dwi lantas memaparkan bahwa ekosistem mangrove sangat penting bagi kawasan pesisir. Termasuk bagi penyu yang menjadi fokus konservasi BSTC. ’’Mangrove bisa menjaga wildlife habitat, penting bagi dunia perikanan, menyediakan air bersih, menyerap karbon, memproteksi kawasan pesisir, hingga wisata lingkungan (eco tourism, Red),’’ jelasnya.
BACA JUGA : Kolaborasi Lintas Sektor: Konservasi Bakau di Pesisir Romokalisari Surabaya
Dampak penanaman mangrove di Bajulmati dan pesisir selatan lainnya sangat jelas. ’’Sekarang itu, nelayan tidak perlu jauh ke laut kalau mencari ikan. Di pinggir pantai saja sudah dapat ikan buesar-buesar. Hutan mangrove juga jadi rumah-rumah kepiting. Kalian tadi lihat lubang-lubang di tanah? Itu rumah kepiting. Buesar-buesar, loh,’’ ucap Dwi sambil merentangkan tangannya.
Karena itu, para mahasiswa tersebut terlihat masih bersemangat saat bergegas dari Sekolah Alam tersebut. Mereka dibawa ke tempat penanaman mangrove, sekitar lima menit di utara gedung. Kali ini, mereka kembali dipandu oleh Iqbal Maghribi Jenned.
’’Yang kita tanam kali ini adalah mangrove jenis Rhizopora atau bakau. Kalau sudah besar, bentuknya seperti itu,’’ kata Iqbal sembari menunjuk hutan mangrove. Akar-akar kurus bakau sudah menyeruak dan menghunjam ke tanah. Seperti menjaga pasir dan tanah agar tak mudah tergerus abrasi.
Salah seorang mahasiswa itu adalah Zahrati Syakira Niani, dari Teknik Elektro Universitas Brawijaya, angkatan 2023. ’’Saya memang suka kegiatan yang bersifat volunteer. Sekalian mempraktikkan ilmu tentang konservasi,’’ ucapnya.
Iqbal memuji semangat para mahasiswa tersebut. ’’Ini kegiatan yang positif. Tidak ada salahnya dilakukan. Nanti, mereka pasti cerita ke teman-temannya. Artinya, kampanye kecintaan lingkungan ini terus tersebar,’’ kata mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya tersebut.
Merawat Pantai, Merawat Bumi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: