Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC), Benteng Konservasi di Pesisir Selatan Jawa

Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC), Benteng Konservasi di Pesisir Selatan Jawa

Iqbal Maghribi Jenned (kanan) membantu Winie Rasgiyan Seshandy menanam mangrove, Minggu, 17 November 2024.-M. Sahirol Layeli-Harian Disway-

LANGKAH kaki anak-anak muda itu begitu ringan. Mereka berjumlah 23 orang. Berasal dari berbagai program studi di Universitas Brawijaya, Malang.

Penuh semangat, para mahasiswa terlihat bersicepat melangkah menapaki tanah pesisir yang lembap. Percik pasir dan tanah basah mulai menghiasi alas kaki mereka.

Tengah hari, Minggu, 17 November 2024 itu, mahasiswa-mahasiswa itu mengikuti M. Iqbal Maghribi Jenned, kader konservasi Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC). ’’Ini kita menuju ke ibu kota,’’ ucap Iqbal, pemuda asal Tangerang, tersebut.

Ya, ibu kota adalah sebutan titik pusat konservasi penyu di kawasan Pantai Bajulmati, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Wilayah itu persis di bibir Samudera Hindia di selatan Jawa.

Samudera Hindia adalah yang terbesar ketiga di dunia. Membentang sejauh 6.200 mil dari Afrika ke Australia, mencakup 20 persen luas bumi secara keseluruhan. Dan samudera itu dikenal karena ombaknya yang tinggi, yang terus menghantam pesisir selatan Jawa tanpa henti, hingga menciptakan mitos dan legenda yang lestari.

Tetapi, para mahasiswa itu tidak sedang belajar tentang mitos penguasa Laut Selatan Jawa. Alih-alih, mereka justru sedang ingin belajar tentang pelestarian alam—terutama penyu—dan mempraktikkan aksi nyata.


Iqbal Maghribi Jenned (depan, kiri) memandu perjalanan mahasiswa ke tempat penanaman mangrove di Bajulmati Sea Turtle Conservation, 17 November 2024.-M. Sahirol Layeli-Harian Disway-

BACA JUGA : Pemenang Surabaya Tourism Awards 2024 (22): Kebun Raya Mangrove Surabaya Jadi Wisata Ramah Anak

Iqbal memandu anak-anak muda tersebut melewati gerbang Ibu Kota Penyu. Bentuk gapuranya sederhana. Berbentuk gawang, berbahan kayu. Bagian mistarnya bertulisan Eco Tourism. Sedangkan di sisi kanan ada papan-papan petunjuk. Tulisannya, BSTC, Pembibitan Mangrove, Post Checklist, dan satu anjuran: Dilarang Membuang Sampah Plastik.

Perjalanan itu ditempuh sekira 10 menit. Melewati anak sungai yang menuju ke laut. Melintasi batang-batang mangrove muda yang masih bersandar pada patok kecil. Ada nama-nama sejumlah pejabat di patok tersebut. Tentu, tunas-tunas itu ditanam oleh para pejabat dalam sebuah acara konservasi beberapa waktu sebelumnya.

Tak seberapa lama, para mahasiswa itu sampai pada sebuah rumah menyerupai pendapa di pinggir laut. Temboknya biru dengan hiasan gambar aneka biota laut. Warna-warni. Seperti dinding taman kanak-kanak. Bikin kerasan belajar. Maklum, bangunan itu memang Sekolah Alam yang dikelola oleh BSTC.

Di situlah founder hingga kader BSTC mengajarkan semangat pelestarian kepada siapa pun yang datang dan ingin belajar.

Spirit Konservasi Sutari

Sembari lesehan, para mahasiswa tersebut mendengarkan materi dari pada ’’guru.’’ Yang pertama membuka adalah Sutari. Lelaki ini adalah founder BSTC. Segala bentuk kegiatan lembaga konservasi itu berawal dari gereget Sutari dan keluarganya pada 2009.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: