Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC), Benteng Konservasi di Pesisir Selatan Jawa
Iqbal Maghribi Jenned (kanan) membantu Winie Rasgiyan Seshandy menanam mangrove, Minggu, 17 November 2024.-M. Sahirol Layeli-Harian Disway-
Ketika itu, Sutari mulai aktif menyelamatkan telur penyu. Awalnya karena kasihan lantaran melihat induk penyu yang terganggu aktivitas wisata pantai. Rasa cinta Sutari kian kuat tatkala melihat tukik—anak penyu—menetas dan berjuang mempertahankan kehidupan.
Perjuangan Sutari tak sepenuhnya mulus. Tentangan dan protes dari warga muncul. Sebab, warga tak bisa lagi berburu penyu dan telurnya, tak boleh lagi beraktivitas yang mengganggu penyu yang sedang bertelur, dan sebagainya.
BACA JUGA : Juri Surabaya Tourism Award 2024 Lanjut Visitasi ke Kebun Raya Mangrove dan Novotel Samator
Namun, Sutari tak sendiri. Bersama pejuang lingkungan lainnya, berdirilah BSTC pada akhir 2018 yang fokus utamanya adalah penyelamatan penyu.
Lembaga tersebut kian kuat saat menaungi diri dengan membentuk Yayasan Konservasi Penyu (YKP) Jatim pada 2022. BSTC sendiri menjadi cabang kegiatan nonprofit YKP dalam hal konservasi. Aktivitasnya adalah melindungi penyu, menjaga hutan pantai, merawat lingkungan, dan mendidik sumber daya manusia.
Dwi Tientus mengajar di Sekolah Alam BSTC, Minggu, 17 November 2024.-M. Sahirol Layeli-Harian Disway-
’’Wilayah kerja kami meliputi 64,8 kilometer garis pantai Kabupaten Malang. Mulai Pantai Licin yang berbatasan dengan Lumajang dan Pantai Modangan yang berdekatan dengan Blitar,’’ ucap Dwi Tientus, divisi humas dan kesehatan hewan BSTC.
Di depan para mahasiswa tersebut, Dwi juga membeber serangkaian prestasi yang dicatatkan oleh BSTC. Kini, BSTC digawangi oleh 21 anggota aktif dan 54 relawan aktif.
Jumlah itu tentu bisa berkembang. Mengingat, BTSC membuka diri untuk berkolaborasi dengan pihak lain dalam hal konservasi. Dalam situsnya, syarat kolaborasi itu adalah harus dengan perusahaan yang memiliki visi dan spirit sama dengan BTSC atau YKP Jatim.
Kata Dwi, BSTC sudah merelokasi sekitar 15.463 butir telur penyu dan merilis sekitar 13.176 tukik. Di tangan BSTC, hatching rate (rerata telur yang menetas) mencapai 90 persen.
’’Artinya apa? Hampir semua telur menetas. Artinya apa lagi? Lingkungannya sudah sesuai dengan habitat dan ekosistem untuk penyu. Dan ini yang harus terus kita jaga,’’ kata alumnus Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya angkatan 2010 tersebut.
BACA JUGA : Pertamina Rehabilitasi Hutan Mangrove di NTT untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Keberhasilan itu tentu buah kerja keras yang panjang. Juga simultan. Melibatkan kolaborasi dengan berbagai pihak demi lingkungan yang terus lestari. ’’Protect the ocean, protect the future,’’ kata Dwi.
Dia pun menekankan betapa pentingnya kehadiran penyu bagi ekosistem secara keseluruhan. Penyu bisa mengontrol populasi spesies tertentu agar tidak invasif. Mulai padang lamun, terumbu karang, hingga ubur-ubur.
Penyu pun punya peran ekologi yang penting. Sisa makanannya bisa menjadi sumber nutrisi dasar laut. Sisa cangkang telurnya pun membantu menyediakan nutrisi bagi vegetasi pantai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: