Bung Tomo Pandu Garuda: Menggugah Semangat Kepahlawanan di Panggung Teatrikal Tugu Pahlawan
Bung Tomo Pandu Garuda berlangsung meriah dan mewah. -Dinar Mahkota Parameswari-HARIAN DISWAY
Kemudian sinar-sinar biru membuncah, menerangi jalan aktor dan aktris cilik dari berbagai sekolah yang membawa obor.
Perpaduan merahnya api dan birunya lampu mengiringi barisan mereka menuju panggung.
Lalu lagu Syukur dinyanyikan, suara mereka begitu menggetarkan. Dramatis dan epik. Dua kata yang menggambarkan suasana itu.
Masing-masing berpisah menuju kanan dan kiri. Bersamaan, gadis-gadis berkebaya putih menaiki panggung. Mereka melingkar. Di tengahnya perempuan berkebaya cokelat membungkuk.
Gending-gending Jawa mulai berbunyi. Gadis-gadis mulai menari dengan bedong merah di kedua lengannya.
Lagu Lelo Ledung mengalun, bersamaan di sela-sela tiang belakang patung Soekarno dan Bung Hatta, keluarlah burung garuda.
Bedong merah di tangan mereka dibuka. Ditebar. Menciptakan formasi merah yang indah.
Lalu syair sinden berbahasa Jawa dengan intensitas yang lebih cepat, mengiring masuknya Sutomo kecil.
Lalu perempuan berbusana pejuang bermonolog dari belakang panggung.
BACA JUGA:SMAK St Louis 1 Surabaya Gelar Pentas Teatrikal 10 November 1945
Perlahan dia menuju tengah panggung. Dia ibu Sutomo. Monolog itu berisi pesan untuk Sutomo kecil.
Isinya, Sutomo harus menjadi pribadi yang berguna dan bisa melepas Indonesia dari penjajahan.
Lalu tepuk pramuka dilakukan. Berkali-kali. Sembari anak-anak berbaju pramuka dan gadis berkebaya putih membawa bendera morse serta tunas kelapa.
Dengan suara Bung Tomo kecil yang menunjukan betapa sulitnya ia sekolah. Bahkan ia tidak lulus karena kendala biaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: