Spirit Bisnis Warung Madura

Spirit Bisnis Warung Madura

ILUSTRASI Spirit Bisnis Warung Madura--

Saat berlayar, orang Madura harus menyeberangi lautan. Pesan khas Madura: abhantal omba, asapo’ angen, ’berbantal ombak, berselimut angin’, menyiratkan makna betapa tantangan yang dihadapi orang yang merantau itu sangat berat. 

Ungkapan tersebut mengilustrasikan keberanian orang Madura untuk hidup di perantauan dengan kondisi yang penuh risiko.

Selain itu, orang Madura menjunjung tinggi harga diri. Kegigihan adalah bagian dari upaya menjaga harga diri. Orang Madura tidak akan membiarkan dirinya kalah dalam persaingan. 

Mereka berusaha untuk memastikan usahanya sukses. Hasilnya, warung Madura tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang meski kadang tampak sebagai usaha kecil-kecilan.

SOLIDARITAS SETTONG DHARA

Selain keuletan, orang Madura memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat baik. Mereka mampu menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan perantauan. Hal itu juga didukung jaringan sosial orang Madura yang sangat kuat. 

Di mana pun mereka berada, orang Madura cenderung membangun solidaritas yang saling mendukung secara moral dan material. Solidaritas settong dhara, ’satu darah’, ’satu keluarga’.

Jaringan solidaritas itu menjadi modal sosial untuk menjalankan bisnis. Kepekaan saling membantu memudahkan dalam mencari peluang usaha, informasi tentang pasar, dan bahkan bantuan modal untuk memulai bisnis. Meski warung mereka berdampingan tidak jauh satu sama lain, mereka tetap rukun dan tidak pernah merasa tersaingi. 

Orang Madura itu paling percaya bahwa yang membagi rezeki itu tetaplah Allah Yang Maha Pemberi Rezeki. Tidak sedikit orang Madura yang justru berjualan bensin di depan pom bensin. Membuka warung di depan swalayan besar.

Sekali lagi, ekologi tegalan juga membentuk karakter kesederhanaan. Orang Madura terbiasa hidup dengan minim kemewahan dan mengandalkan upaya sendiri untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan. 

Nilai-nilai kesederhanaan itu tampak dari bagaimana mengelola bisnis kecil dengan modal terbatas, tetapi sukses dengan kerja keras dan efisiensi. Namun, jangan ditanya ketika mereka sudah sukses. 

Mereka biasanya juga akan menampakkan perhiasan dan kekayaannya. Bagi orang Madura, ”menikmati” hasil kerja keras itu penting. (*)


*)Bahrus Surur-Iyunk adalah guru SMA Muhammadiyah I Sumenep, pegiat Literasi Sahabat Pena Kita, dan ketua Lembaga Kajian Islam dan Madura (LKIM).


*)Vieki Ardhina adalah alumnus Program Pascasarjana Linguistik, FIB, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: