Duan Yiran dan Lu Yinkai, Dua Seniman Muda yang Menjaga Warisan Budaya Tiongkok di London
Duan Yiran (kanan) dan perajin Inggris berpose di London dengan pakaian yang diwarnai dengan menggunakan teknik tie-dye tradisional. --China Daily
Saat itulah Duan menyadari bahwa seseorang tidak mungkin sepenuhnya terpisah dari tanah tempat mereka dibesarkan. Berikut jejak budaya yang menyertainya. Timbullah kesadaran Duan dengan budayanya sendiri.
BACA JUGA: Output Industri Tiongkok Naik Jadi Tanda Positif untuk Ekonomi
Duan Yiran (depan nomor 2 dari kanan) dengan wisatawan dari Inggris dan perajin lokal di Komerekai, Provinsi Yunnan, Tiongkok Barat Daya, dalam sebuah perjalanan yang dia selenggarakan pada Maret 2024 untuk memamerkan kerajinan tangan Suku Bai. --China Daily
"Sekeras apa pun saya mencoba melarikan diri dari budaya atau mencoba menjadi apa yang dianggap keren atau edgy, saya tetaplah seorang gadis dari Dali," ujarnya.
Setelah lulus pada 2019, Duan mantap mendirikan studionya sendiri. Dalam lima tahun sejak meluncurkan bisnisnya itu, dia telah menyelenggarakan lebih dari 500 workshop online dan offline dengan lebih dari 10 ribu peserta.
Studio itu berkembang menjadi ruang belajar yang menghasilkan berbagai jenis kerajinan tangan Tiongkok. Termasuk bordir, pembuatan lentera, memotong kertas, anyaman bambu, dan lain-lain.
BACA JUGA: Manolo Blahnik Resmikan Butik Pertama di Shanghai, Rilis Koleksi Eksklusif Pasar Tiongkok
Yi Crafts juga berkolaborasi dengan beberapa organisasi budaya utama di Inggris. Termasuk British Museum dan Victoria and Albert Museum untuk menyelenggarakan workshop kerajinan tangan Tiongkok.
Sama dengan Duan, Lu Yinkai terpikat dengan budaya tradisional Tiongkok sejak muda. Pemuda berusia 25 tahun itu pindah ke London untuk meraih gelar master pada 2022 dan mendirikan studionya, Timelessmoon, tahun lalu.
Sekarang dia fokus dengan budaya dupa Tiongkok yang merupakan seni kuno yang hampir punah. Budaya dupa Tiongkok berusia lebih dari 4 ribu tahun. Selain sebagai pengharum, fungsinya untuk ritual memuja leluhur.
BACA JUGA: Budaya Membaca Buku di Tiongkok
Selama Dinasti Song (960-1279) yang secara budaya merupakan salah satu era paling cemerlang dalam sejarah Tiongkok, penggunaan dupa mencapai puncaknya. Kelas atas Tiongkok masa itu melakukan berbagai kegiatan yang tak lepas dari dupa.
Lu Yinkai memotong kayu gaharu menjadi serpihan untuk pembakaran dupa dalam lokakarya di London. --China Daily
Sarjana, penyair, serta seniman kuno pada periode tersebut membakarnya saat menulis puisi, memainkan guqin yakni alat musik petik tradisional Tiongkok, mengagumi bunga, dan menjamu tamu.
Ia telah magang di bawah bimbingan para ahli yang telah lama mempelajari dupa Tiongkok. "Saya menyelami teks-teks kuno, mempelajari alat, bahan, serta metode terkait dupa," ungkapnya. Studionya secara teratur menyelenggarakan workshop.
BACA JUGA: Menilik Kemajuan Tiongkok dalam Kereta Berbahan Bakar Hidrogen: Efisiensi yang Menarik Pasar Eropa
Para peserta dapat belajar menghargai tradisi abadi sambil merasakan dupa Tiongkok atau membuat sachet dupa. Meskipun keahlian mereka berbeda, kedua seniman muda Tiongkok itu berpandangan yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: