Mengupas Bullying di Balik Petualangan Film Jumbo

Di balik keceriaan film Jumbo, terdapat kasus bullying di balik petualangan serunya jumbo bersama kawan-kawannya--Gramedia
Salah satu hal paling menghangatkan dalam film ini adalah kehadiran teman-teman yang tetap mendukung Don. Meski awalnya ia menjadi bahan ejekan, pada akhirnya, beberapa teman menunjukkan keberpihakan dan kesediaan untuk mendengarkan.
Mereka tidak hanya hadir secara fisik, tapi juga secara emosional. Inilah yang sering kita lupakan dalam kehidupan nyata. Teman yang suportif adalah teman yang tidak membandingkan, tidak menyepelekan, dan tidak menghilang saat kita merasa lemah.
BACA JUGA: Negara Gagal Membina Preman di Indonesia
Dalam banyak kasus bullying di dunia nyata, salah satu faktor yang membuat korban bisa bangkit bukan hanya karena keberanian pribadi, tapi karena adanya satu atau dua orang yang percaya pada mereka. Menjadi teman seperti itu tidak butuh keahlian khusus.
Cukup dengan bertanya, “kamu mau cerita?” dan benar-benar mendengarkan. Kadang seseorang hanya perlu tahu bahwa ada orang yang peduli, yang tidak menertawakannya, dan yang bisa menerima dirinya tanpa syarat. Hal sekecil ini bisa mengubah hidup seseorang.
Pesan Karakter Don
Don, karakter pada film Jumbo--IMDb
Film anak-anak seperti Jumbo punya kekuatan tersendiri untuk menyampaikan isu yang kompleks. Dengan pendekatan visual yang hangat dan narasi yang ringan, pesan tentang bullying menjadi lebih mudah diterima oleh anak-anak maupun orang dewasa.
BACA JUGA: Jumbo Jadi Film Animasi Terlaris Sepanjang Masa di Indonesia, Sukses Raih 1 Juta Penonton
Lewat karakter Don, kita diajak memahami bahwa menjadi berbeda bukanlah kesalahan. Tubuh Don yang lebih besar dari teman-temannya memang menjadikannya sasaran ejekan, tapi film ini dengan halus menunjukkan bahwa keistimewaan seseorang bukan terletak pada fisiknya, melainkan pada keberanian dan ketulusan hatinya.
Don bukan anak yang sempurna, dan justru di situlah kekuatannya. Ia adalah potret anak-anak yang sering dipinggirkan, namun diam-diam memiliki kekuatan untuk menyelamatkan.
Lewat petualangannya bersama Meri dan teman-temannya, kita belajar bahwa dukungan bisa hadir dalam banyak bentuk: dalam bentuk keberanian, dalam bentuk pelukan, dan kadang cukup dalam bentuk teman yang berkata, “Aku percaya kamu bisa.”
BACA JUGA: Cerita Diaspora dari Marisa Tania: Di Antara Benang dan Kata
Jumbo tidak menggurui. Ia tidak menjelaskan dengan rumit. Tapi justru karena kesederhanaannya, film ini terasa jujur dan menyentuh. Ia tidak hanya bicara pada anak-anak, tetapi juga pada orang tua, guru, dan siapa pun yang pernah merasa “berbeda.”
Karakter Don menjadi simbol harapan bahwa setiap anak tetap punya peluang untuk bersinar, selama ada yang percaya padanya.
Hadir, Mendengar, dan Memulihkan
Jumbo mengingatkan kita bahwa bullying bukan hanya soal siapa yang menindas siapa. Ini adalah persoalan kemanusiaan tentang siapa yang hadir ketika seseorang disakiti, siapa yang mendengar, dan siapa yang berani membela. Anak-anak seperti Don tidak butuh dikasihani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: