Literasi Digital, Solusi Cerdas untuk Menghadapi Hoaks dan Disinformasi
Tangkapan layar informasi hoax mengatasnamakan Menkes.-ist-
PADA ERA DIGITAL saat ini, informasi mengalir dengan cepat. Media sosial dan platform online lainnya sekarang menjadi sumber utama masyarakat untuk mendapatkan berita dan informasi.
Namun, dengan mudahnya mendapatkan informasi, muncul masalah besar. Yaitu, penyebaran hoaks dan disinformasi.
Fenomena seperti itu tidak hanya mengancam kredibilitas informasi, tetapi juga dapat mengakibatkan perpecahan sosial dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi.
Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), pada 2023, terdapat lebih dari 12.000 laporan hoaks yang beredar di media sosial.
Itu meningkat 46 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kasus-kasus tersebut mencakup berbagai isu.
Mulai kesehatan, politik, hingga berita palsu tentang bencana alam. Penyebaran informasi yang salah itu dapat menyebabkan kepanikan, kesalahpahaman, dan bahkan tindakan yang merugikan masyarakat.
Salah satu contoh nyatanya adalah hoaks terkait vaksin Covid-19. Meski vaksin terbukti efektif dalam mengurangi persebaran virus, banyak informasi salah yang beredar di media sosial, yang menyebabkan keraguan dan penolakan terhadap vaksinasi.
Menurut survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI), sekitar 13,7 persen masyarakat masih ragu untuk divaksin karena terpengaruh informasi yang salah, seperti karena vaksin mungkin tidak halal dan vaksin hanya akal-akalan perusahaan farmasi untuk mencari untung.
Penyebaran hoaks dapat mengganggu stabilitas sosial dan politik serta kesehatan masyarakat. Hoaks sering digunakan untuk memecah belah masyarakat, menimbulkan ketegangan antarkelompok, dan merusak kredibilitas pemerintah.
Sebuah studi yang dilakukan Pew Research Center menemukan bahwa 64 persen orang dewasa di seluruh dunia percaya bahwa berita palsu telah membingungkan fakta-fakta penting.
Situasi di Indonesia makin buruk saat pemilihan umum kian dekat. Sering kali lawan politik diserang dengan hoaks dan disinformasi yang dapat mengganggu proses demokrasi. Oleh karena itu, literasi digital yang baik sangat penting bagi masyarakat agar mereka dapat membedakan informasi yang benar dan salah.
Literasi digital adalah kemampuan untuk mencari, menilai, dan menggunakan informasi secara efektif di dunia digital. Dalam situasi seperti ini, literasi digital sangat penting untuk membantu masyarakat menangani hoaks dan disinformasi.
Laporan UNESCO menyatakan bahwa literasi digital dapat meningkatkan kemampuan orang untuk berpikir kritis dan membuat keputusan yang lebih baik tentang informasi yang tersebar luas.
Pendidikan literasi digital harus dimulai sejak dini dengan kurikulum yang mendidik siswa untuk membedakan informasi yang benar dan salah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: