Refleksi 2024, Optimisme 2025: AI dan Pendidikan Vokasi sebagai Kunci Menuju Indonesia Emas

Refleksi 2024, Optimisme 2025: AI dan Pendidikan Vokasi sebagai Kunci Menuju Indonesia Emas

ILUSTRASI Refleksi 2024, Optimisme 2025: AI dan Pendidikan Vokasi sebagai Kunci Menuju Indonesia Emas. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

TAHUN 2024 telah dilalui dengan berbagai dinamika yang menyertai perjalanan bangsa Indonesia. Mulai dinamika politik, ekonomi, hingga teknologi. Seluruhnya memberikan pelajaran penting. 

Misalnya, dalam bidang teknologi, terdapat satu peristiwa penting yang memicu ”guncangan” di tengah masyarakat pada tahun 2024. 

Peristiwa yang dimaksud adalah kehadiran AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan). Guncangan terjadi karena sebagian orang merasa senang dan beruntung atas kehadiran barang tersebut. 

BACA JUGA:Vokasi dan Pengangguran di Jawa Timur

BACA JUGA:Menanti Wajah Baru Pendidikan Vokasi

Namun, sebagian lainnya waswas akan kalah bersaing dengan kecerdasan buatan di lingkungan kerja. Atas kondisi itu, tak heran, munculnya Sora OpenAI, GPT-4o OpenAI, dan Google AI Overview pada pertengahan 2024 memicu perdebatan.  

Kekhawatiran masyarakat tentang AI sejatinya cukup berdasar. Sebab, AIAAIC (AI, algorithmic, and automation incidents and controversies) mencatat bahwa pada Februari 2024 telah terjadi lebih dari 1.300 kasus AI menimbulkan risiko yang mengakibatkan kerugian yang bisa diamati. 

Hasil studi Stanford Institute for Human Centered AI memprediksi bahwa kesalahan yang dilakukan kecerdasan buatan telah meningkat sebanyak 26 kali lipat sejak 2012. 

BACA JUGA:Pendidikan Vokasi dalam Bingkai Semangat Sumpah Pemuda

BACA JUGA:Selamat Datang, 2.000 Mahasiswa Vokasi Unair! SDM Unggul Siap Kerja

Menurut Dandurand dkk (2023), kesalahan teknis dalam kecerdasan buatan memang lebih banyak karena pencetusnya cenderung memprioritaskan potensi manfaat yang diberikan daripada mencegah risiko yang merugikan penggunanya. 

Tidak ada yang salah dengan prioritas tersebut karena sejatinya AI dibuat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Hanya, pencipta AI maupun pengguna wajib mengantisipasi adanya dampak risiko yang dihadapi akibat penggunaan barang tersebut. 

Menurut Ucar dkk (2024), ada kekhawatiran terjadinya peningkatan jumlah pengangguran pasca diperkenalkannya robot AI ke sektor bisnis. 

BACA JUGA:Pendidikan Vokasi, Jalan Tengah saat UKT Mahal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: