Thrifting, Tren Baru yang Mampu Kurangi Limbah Tekstil

Thrifting, Tren Baru yang Mampu Kurangi Limbah Tekstil

Pengunjung yang sedang fokus memilih baju di Thrift Market Harian Disway X ARTi 2.0-Angelita Ariko Pinkan-HARIAN DISWAY

HARIAN DISWAY - Istilah "thrifting" mungkin sudah tak asing lagi di telinga. Anda sudah tahu, thrifting berarti berburu barang bekas berkualitas dengan harga miring. Itu telah menjadi fenomena baru.

Mulai dari pakaian, sepatu, hingga aksesori, barang-barang hasil thrifting kini menjadi bagian dari tren mode yang digandrungi banyak kalangan.

Sejarah thrifting bermula dari kebutuhan ekonomi dan gaya hidup hemat di negara-negara Barat. Di Indonesia, konsep itu mulai populer sejak awal 2010-an. Namun, baru benar-benar heboh dalam beberapa tahun terakhir.

BACA JUGA:Dahlan Iskan dan Ai Meifang Senam Bersama Pada Hari Terakhir Thrift Market Harian Disway X ARTi 2.0

Salah satu pendorong utamanya adalah media sosial. Dengan banyaknya konten kreator yang membagikan hasil berburu mereka, thrifting pun menjadi gaya hidup yang ngetren.

Berdasarkan laporan akademik Impact of Thrifting on the Fashion Industry (2019), yang ditulis oleh Yoliandry Nur Sharky, akademisi dari Universitas Tarumanagara, Jakarta, thrifting bukan sekadar tren belanja hemat.

Aktivitas itu turut mengurangi limbah tekstil yang setiap tahunnya yang mencapai 92 juta ton secara global. Laporan tersebut juga mencatat bahwa meningkatnya minat pada thrifting membantu memperpanjang siklus hidup pakaian hingga 2-3 kali lipat.


Suasana dalam Thrift Market Harian Disway X ARTi Sabtu, 7 Desember 2024 -Dinar Mahkota Parameswari-Harian Disway

BACA JUGA:Hari Terakhir Thrift Market Harian Disway x ARTi Flash Sale Bikin Seru!

Dampaknya, permintaan akan produk fast fashion dapat berkurang. Sehingga membantu mengurangi eksploitasi sumber daya alam.

Di Indonesia, fenomena itu berkembang pesat. Terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Pasar thrifting, baik daring maupun luring, terus bermunculan. Beberapa tempat seperti Pasar Baru di Bandung atau Pasar Senen di Jakarta menjadi destinasi favorit bagi para pemburu barang-barang thrift. Bahkan platform e-commerce kini memiliki kategori khusus untuk produk barang bekas.

BACA JUGA:Thrift Market Harian Disway X ARTi 2.0, Jastip Borong Ratusan Produk

Namun, popularitas thrifting juga memunculkan tantangan baru. Di satu sisi, banyak orang melihatnya sebagai peluang bisnis. Barang-barang bekas impor sering kali dijual kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi. Sehingga mengaburkan esensi hemat dari thrifting itu sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: