Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (7): Berinteraksi dengan Parisian di Bus

Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (7): Berinteraksi dengan Parisian di Bus

Sebuah stasiun jika ingin naik metro yang membuat kita merasa seperti sedang teleportasi dari satu stasiun ke stasiun lain. --I.G.A.K. Satrya Wibawa

Sebagai Parisian sejak Desember 2024, menelusuri Paris melalui bus kota ternyata asyik juga.

Naik bus kota di Paris awalnya saya kira sebuah pengalaman yang biasa saja. Ya, tinggal naik, duduk, turun. Ternyata, saya salah besar. Bus di Paris bukan sekadar moda transportasi, tapi semacam reality show jalanan yang tayang langsung setiap hari. Saya jadi pesertanya tanpa sadar.


Dari dalam bus kota di Paris yang membuat siapa saja bisa menikmati pemandangan kota dengan asyik. --I.G.A.K. Satrya Wibawa

Bus kota memang menjadi opsi saya jika sedang ingin menikmati pemandangan kota, malas olahraga naik tangga, atau kalau metro lagi mogok. Baik beneran metronya mogok, ataupun karena pegawai metronya sedang mogok. 

Naik bus di Paris adalah kesempatan melihat kota dalam kecepatan normal—beda dengan metro yang membuat kita merasa seperti sedang teleportasi dari satu stasiun ke stasiun lain. 

BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (6): Bertualang Menjelajah Paris di Bawah Tanah

Dari dalam bus, saya bisa lihat toko roti yang selalu ramai, kakek-kakek bawa anjing, sampai mahasiswa yang berlari karena telat kuliah. Ada rasa terhubung yang lebih nyata, lebih manusiawi. 


Jaringan bus di Paris merupakan salah satu sistem transportasi darat paling luas dan aktif di dunia. --I.G.A.K Satrya Wibawa

Jaringan bus kota di Paris, yang dioperasikan oleh RATP, merupakan salah satu sistem transportasi darat paling luas dan aktif di dunia, dengan sekitar 354 jalur reguler yang menjangkau Kota Paris dan wilayah sekitarnya. Setiap hari, lebih dari 3,5 juta penumpang menggunakan layanan ini dengan total mencapai sekitar 1,15 miliar perjalanan per tahun. Armada bus yang berjumlah sekitar 5.520 unit melayani lebih dari 12 ribu halte yang tersebar di berbagai sudut kota, memungkinkan akses yang merata dan terjangkau. 

Menariknya, hingga akhir 2024, sekitar 72 persen dari seluruh armada menggunakan energi ramah lingkungan seperti listrik dan biomethane, menunjukkan komitmen kuat Paris terhadap transportasi berkelanjutan. Tidak hanya beroperasi di siang hari, jaringan ini mencakup layanan malam yang disebut Noctilien, dengan 53 jalur aktif yang memastikan mobilitas tetap berjalan 24 jam penuh. 

BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (5): Penonton Kehidupan di Atas Pedal

Dengan jangkauan yang luas, frekuensi tinggi, dan transisi menuju energi bersih, bus kota Paris bukan hanya sekadar alat transportasi, tetapi cerminan dari visi kota yang inklusif, efisien, dan ramah lingkungan.

Tapi, tentu, seperti halnya di semua kota besar. ada jam-jam sibuk dan rute-rute sibuk yang membuat saya harus bersabar. Pernah suatu saat saking penuhnya bus, saya mendapat tempat hanya di sebelah sopir persis di depan. Di depan persis. Mana sopirnya hobi ngerem mendadak mepet. Jadi saat berhenti di belakang bus lain saya berasa nonton film 4D. Ngeri woi. 

Saat begitu saya kepengen bernyanyi lagu anak-anak, “Duduk di samping Pak Sopir yang sedang bekerja…”. Saking penuhnya, bus itu tidak berhenti sampai di stasiun terakhir. Rupanya, itu karena satu line metro sedang rusak, jadi semua penumpang beralih ke bus dengan jurusan yang sama. 

BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (4): Harus Ngebut, Bisa Nyebrang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: i.g.a.k satrya wibawa