Lintang Lima Terbentuk, Kelompok Perupa Yogyakarta Ini Langsung Gelar Pameran Perdana di Surabaya

Lintang Lima Terbentuk, Kelompok Perupa Yogyakarta Ini Langsung Gelar Pameran Perdana di Surabaya

Lima perupa Yogyakarta yakni Eddy Subroto, Evrie Irmasari, Yosi Chatam, Tara Noesantara, dan Yanz Haryo Darmista bakal menggelar Pameran Seni Rupa Lintang Lima bertajuk Rasa Rasaning Karsa. -Ranggi-Lintang Lima

HARIAN DISWAY – Lima perupa Yogyakarta yakni Evrie Irmasari, Tara Noesantara, Eddy Subroto, Yosi Chatam, dan Yanz Haryo Darmista bakal menggelar Pameran Seni Rupa Lintang Lima bertajuk Rasa Rasaning Karsa.

Pameran digelar di Galeri Merah Putih yang dikelola Yayasan Merah pimpinan M. Anies. Sebuah galeri yang berada di komplek Balai Pemuda Alun Alun Surabaya yang menjadi titik pusat kesenian yang tepat di tengah kota.

Pembukaan dilakukan pada Sabtu, 28 Juni 2025, pukul 16.00 oleh Prof. Dr. H. Suparto Wijoyo, S.H., M.Hum., CSSL yang saat ini menjadi Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Unair.

BACA JUGA: Ragam Ekspresi Perupa Kediri dalam Pameran Lukisan Nyambung Roso

"Alhamdulillah, Prof Suparto sangat terbuka menerima kami berlima di Surabaya. Sambutannya sangat baik. Beliau berkenan menjadi bagian penanda pameran Lintang Lima. Ini kesempatan istimewa buat Lintang Lima," kata Evrie, ketua pameran. 

Pameran itu terselenggara seiring kelimanya membentuk kelompok perupa bernama Lintang Lima pada Mei 2025 lalu. “Namun, bibit terbentuknya sudah lama ada karena kami berlima sudah puluhan tahun bersahabat,” kata Evrie, ketua pameran.

Bayangkan, empat perupa -selain Tara- adalah teman sekolah di SMSR Yogyakarta Angkatan 1982. Hingga sekarang hubungan mereka tetap terjaga. Ditambah Tara yang tak lain adalah istri Yanz, akhirnya mereka sepakat membentuk Lintang Lima.

BACA JUGA: Wisma Jerman Gelar Pameran Lukisan La Wet oleh Daniel Kho, Serukan Pentingnya Keseimbangan Alam

Terkait nama Lintang Lima, Yosi menjelaskan bahwa idenya menamai kelompok perupa itu terjadi karena sebuah pengalaman. Intinya, ada pelajaran bahwa jika menamai sesuatu janganlah asal-asalan karena berakibat ke depannya,” jelasnya.

Diceritakannya, bersama teman sekolahnya di SMSR -almarhum Budianto yang menjadi inspirator pameran ini- Yosi pernah mendirikan kelompok perupa dengan nama Rendet. Dalam bahasa Jawa, rendet itu artinya rumit, sulit, atau berbelit-belit. 

Kata ini bisa digunakan untuk menggambarkan situasi, masalah, atau bahkan seseorang yang memiliki pemikiran yang kompleks. ”Benar, sesuai namanya Rendet akhirnya bubar. Anggotanya terseok-seok,” katanya.

BACA JUGA: Komperta Gelar Pameran Seni Rupa Maneges, Ekspresi Spiritual dan Renungan Diri Para Perupa

Tentu saja Yosi tak mau hal itu terjadi pada kelompoknya kali ini. Maka dipilihlah Lintang Lima. Dengan harapan yang lebih baik. “Saya ingin kelompok ini bersinar terus walau di kejauhan atau di tempat gelap. Lintang kan begitu,” bebernya.

Dijelaskannya lebih lanjut, semula Yosi menemukan kata bintang yang akhirnya diubah menjadi lintang dalam bahasa Jawa. Lima yang menyertai kata lintang menunjuk jumlah personelnya, lima orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: