Belajar di Tiongkok, Guru Indonesia Perkenalkan Budaya Nusantara

Belajar di Tiongkok, Guru Indonesia Perkenalkan Budaya Nusantara

Guru Indonesia menulis huruf Mandarin bersama-Xinhua-Xinhua

Selama belajar di Tianjin, para guru itu mendapatkan pengalaman langsung tentang kekayaan budaya Tiongkok. Mereka belajar puisi klasik, berlatih kaligrafi, menciptakan lagu menggunakan alat AI, dan bahkan menampilkan versi Indonesia dari “A Dream of Red Mansions” dalam sebuah acara universitas.

“Pengalaman itu memperdalam pemahaman saya tentang budaya Tiongkok,” kata Suviana. “Ketika mempelajari puisi klasik, kami sangat tersentuh oleh kalimat, ‘Sebuah surat dari rumah bernilai seribu keping emas.’ Banyak dari kami menitikkan air mata karena merasakan kerinduan yang begitu mendalam,” tambahnya.

Saifus dan rekan-rekannya berencana merekam lagu yang mereka ciptakan menggunakan AI tersebut dan membawanya ke kelas-kelas Mandarin di Indonesia. Mereka berharap metode itu dapat menularkan semangat belajar bahasa dan budaya kepada siswa mereka.


Potret guru Indonesia di Tianjin University-Xinhua-Xinhua

Program magister itu merupakan bagian dari misi Tianjin University untuk mempromosikan pendidikan internasional dan pertukaran budaya.

Melalui kolaborasi dengan negara-negara ASEAN serta menciptakan platform untuk pembelajaran bersama, universitas itu berkontribusi pada penguatan hubungan antara Tiongkok dan negara tetangganya.

BACA JUGA:Tiongkok Kian Rajai Mobil Listrik, Eropa Melambat setelah Jerman Menarik Diri

Bagi Suviana dan teman-temannya, pengalaman itu mengubah hidup mereka. “Pengalaman ini memperkuat tujuan hidup saya. Saya berharap lebih banyak guru Indonesia dapat mengikuti jejak kami, belajar di Tianjin University, dan menjadi jembatan antara kedua negara,” pungkas Suviana.

Program itu mencerminkan hubungan bilateral yang semakin kuat antara Indonesia dan Tiongkok. Terutama di bidang pendidikan dan budaya. 

Dengan kolaborasi yang terus berlanjut, kedua negara tidak hanya membangun hubungan yang saling menguntungkan. Tetapi juga menciptakan jembatan pemahaman lintas budaya untuk generasi mendatang. (*)

*) Mahasiswa magang dari prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Airlangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: xinhua