100 Hari Pemerintahan Presiden Prabowo: Jurus Jitu Membangun Indonesia dari Desa

100 Hari Pemerintahan Presiden Prabowo: Jurus Jitu Membangun Indonesia dari Desa

ILUSTRASI 100 Hari Pemerintahan Presiden Prabowo: Jurus Jitu Membangun Indonesia dari Desa-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Tantangan utamanya, kita kekurangan petani yang memenuhi kualifikasi atau layak menyandang profesi petani. Indonesia punya pengalaman menarik dalam menyelesaikan persoalan serupa.

Kita pernah kekurangan guru dengan kualifikasi tertentu. Tidak semua orang bisa langsung menjadi guru. Tanpa dibekali keahlian khusus, ilmu pengetahuan, dan memahami kode etik guru. Sebab, guru itu sebuah profesi. 

Solusinya, pemerintah mendidik sarjana-sarjana non-pendidikan menjadi guru. 

Mereka dididik selama dua semester dalam program pendidikan profesi guru (PPG). Diajari kode etik menjadi seorang guru, teknik komunikasi yang baik, teknik memahami psikologis siswa, dan masih banyak lagi.

Ternyata, PPG itu cukup berhasil mengisi kekurangan profesi guru saat itu. Kita bisa melakukan hal serupa untuk profesi petani. Kita bisa merekrut sarjana-sarjana pertanian dan non-pertanian yang baru lulus (milenial dan zelenial). Misalnya, melalui program petani milenial.

Lalu, para sarjana itu dididik selama dua semester. Mereka dididik teknik-teknik dasar pertanian. Mulai pengairan, pengolahan lahan, pembibitan, perawatan, pemanenan, hingga pascapanen. 

Calon petani itu juga dididik teknik-teknik pertanian modern: pertanian berbasis pada mekanisasi dan otomatisasi.

Itu saja tidak cukup. Kita juga perlu memperkenalkan teknologi terkini yang mempromosikan transparansi di dunia pertanian. Yakni, kemudahan melakukan penelusuran informasi terkait pertanian. Contohnya, penggunaan teknologi blockchain traceability dalam pertanian.

Calon petani itu juga harus diajari kode etik sebagai petani. Baik kode etik berbasis kepatuhan maupun kode etik berbasis nilai.

KODE ETIK PETANI

Kode etik petani itu sejatinya sudah ada di dunia pertanian: baik pertanian tradisional maupun modern. Meskipun, kode etik itu terkadang tidak tertulis.

Berikut contoh kode etik petani itu dari perspektif penulis: seorang anak buruh tani dari Ngawi, yang pernah tinggal cukup lama di Amerika Serikat (AS).

Contoh kode etik petani berbasis kepatuhan. Di Ngawi, sesama petani memiliki kode etik tentang pengairan sawah. Mereka tahu kapan bisa mengakses air dari kalenan (saluran air kecil milik umum) untuk sawahnya –hari apa dan jam berapa. Mereka juga memiliki kesepakatan, seberapa besar ukuran bukaan airnya –lebar dan kedalamannya.

Petani juga menyepakati sanksi apa yang dikenakan bagi si pelanggar. Termasuk siapa yang menjadi pengawas, penengah, sekaligus hakim dalam menyelesaikan pelanggaran kode etik pengairan tersebut.

Contoh kode etik petani yang berbasis nilai. Penulis akan fokus pada perilaku petani modern, khususnya tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan konsumen di AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: