Mengenal Lebih Dekat Pramoedya Ananta Toer dari Karya-karyanya yang Fenomenal

Mengenal Lebih Dekat Pramoedya Ananta Toer dari Karya-karyanya yang Fenomenal

Karya-karya Pramoedya Ananta Toer dikenal karena gaya penulisannya yang kuat, kritis, dan penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan. Ia sering mengangkat tema-tema sosial, politik, dan sejarah Indonesia dalam tulisannya. --Facebook

HARIAN DISWA - Tepat 100 tahun dari semasa hidupnya, Prameodya Ananta Toer dikenal sebagai tokoh sastrawan yang berani menyuarakan kritik melalui karya tulisnya. Ia berhasil menuliskan lebih 50 karya.

Beberapa karyanya telah dialihbahasakan bahkan diangkat menjadi film. Pramoedya atau kerap disapa Pram, lahir pada 6 Februari 1925 di Blora, Jawa Tengah. Pram pernah menuliskan nama aslinya pada cerita pendek semi-otobiografi.

Berjudul cerita dari Blora. Nama asli Pram sebenarnya adalah Pramoedya Ananta Mastoer. Namun, menurutnya nama Mastoer ini dinilai terlalu aristrokatik. Sehingga dihilangkanlah awalan "mas" dari nama tersebut.

BACA JUGA: Semarak Peringatan Hari Kemerdekaan di Empat Hotel Maknai Spirit Pulih dan Bangkit

Pram berasal dari keluarga yang sederhana, ayahnya seorang guru dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Meski demikian, Pram memiliki semangat belajar yang tinggi dan sangat tertarik dengan sejarah dan budaya Indonesia sejak kecil. 

Pram menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat (SR) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Blora. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Surabaya pada tahun 1940-1941.

Namun, studinya terhenti karena posisi Indonesia masih dalam situasi genting karena penjajahan dan beliau harus ikut berjuang melawan penjajah. Setelah Indonesia merdeka, Pram aktif dalam kegiatan jurnalistik dan menulis.

BACA JUGA: 100 Tahun Pramoedya: Mengenang Karya dan Perjuangan sang Pahlawan Sastra Indonesia

Ia menjadi redaktur di beberapa surat kabar di majalah. Pada masa Orde Lama, Pram terlibat dalam kegiatan politik dan bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA). Akibatnya, setelah peristiwa Gerakan 30 September (G30S) pada 1965, Pram ditangkap dan dipenjara tanpa pengadilan selama 14 tahun.

Selama masa pengasingannya, ia tetap produktif menulis. Bahkan beliau berhasil menyelesaikan karya monumentalnya, Tetralogi Pulau Buru, yang terdiri dari novel Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Karya-karya Pram dikenal karena gaya penulisannya yang kuat, kritis, dan penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan. Ia sering mengangkat tema-tema sosial, politik, dan sejarah Indonesia dalam tulisannya. Beberapa karyanya yang paling terkenal antara lain:

BACA JUGA: Pemuda Pancasila Tolak Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Sarankan Pakai Nama Tirto Adi hingga Surosentiko

1. Tetralogi Pulau Buru

Seri novel ini menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Terbit dari tahun 1980 hingga 1988 kemudian peredarannya sempat dilarang oleh Jaksa Agung selama beberapa masa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: