Korban Dimutilasi saat Masih Hidup

Korban Dimutilasi saat Masih Hidup

ILUSTRASI korban dimutilasi saat masih hidup. Korban pembunuhan di Jombang dipotong kepala saat masih hidup. Kapalanya dipenggal dengan gergaji kayu. -Arya-Harian Disway-

Mutilasi kian sering dilakukan pembunuh di Indonesia belakangan ini. Dalam kriminologi, ada dua jenis mutilasi. Ofensif dan defensif. 

BACA JUGA:Korban Mutilasi Dalam Koper Merah di Ngawi dan Orang Dekat

BACA JUGA:Kisah James dan Made yang Dimutilasi

Mutilasi ofensif, pemotongan tubuh merupakan tujuan utama pelaku. Sudah diniatkan. Sedangkan defensif, tujuan pelaku untuk menghancurkan jejak pembunuhan agar terhindar dari hukum. Itu ditulis Raj Persaud di Huffpost UK, 27 April 2019, berjudul The Psychology of Corpse Dismemberment-The Motivation Behind the Most Grotesque of Crimes.

Persaud adalah konsultan psikiater yang berkantor pusat di London, Inggris. Ia sebelumnya juga menulis tentang hal yang sama di media massa yang sama, memberikan contoh tentang mutilasi.

Dikisahkan, awal Agustus 2012 polisi Kanada menangkap mantan bintang film porno Luka Rocco Magnotta. Hasil penyidikan polisi, Magnotta mengirimkan dua bagian tubuh manusia –tangan kanan dan kaki kanan– ke sekolah-sekolah di Vancouver dari Montreal, Kanada. Korban adalah Jun Lin, 33 tahun, yang hilang.

BACA JUGA:Pembunuh-Mutilasi di Malang Dihantui Korban

BACA JUGA:Diduga, Mutilasi di Malang Itu Direncanakan

Polisi Kanada menemukan tubuh manusia –tanpa tangan kanan dan kaki kanan– di dalam koper di belakang apartemen Magnotta di Montreal. Ia diduga membunuh Jun Lin dan merekam aksinya. 

Rekaman video itu diunggah secara daring. Video tersebut menampakkan seorang pria menusuk korban yang telanjang dan terikat dengan kapak es. 

Pria pembunuh itu kemudian membanggakan bahwa ia telah menggorok leher korban. Lalu, ia memotong-motong mayat itu dan tampaknya melakukan tindakan seksual dengan mayat itu. 

Sebuah kaki kiri yang terpenggal juga ditemukan dalam sebuah paket yang dikirim melalui pos ke kantor pusat Partai Konservatif di Ottawa, sementara sebuah tangan kiri ditemukan dalam sebuah paket terpisah yang ditujukan kepada Partai Liberal Kanada.

Kasus itu menghebohkan warga Kanada, bahkan masyarakat internasional.

Psikolog forensik Helina Hakkanen-Nyholm, mantan profiler kriminal di Kepolisian Finlandia dan dosen tamu di Universitas Finlandia Timur dan Universitas Helsinki, berkomentar bahwa yang tampaknya unik dalam kasus Magnotta adalah fakta bahwa bagian-bagian tubuh tersebut dikirimkan kepada orang lain. Atau, dipamerkan kepada publik.

Dia melihat hal itu sebagai cermin dari pencarian perhatian dan sensasi, kemegahan, dan narsisme. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: