5 Kebiasaan Unik Menyambut Ramadan Ini Hanya Ada di Indonesia

5 Kebiasaan Unik Menyambut Ramadan Ini Hanya Ada di Indonesia

Masyarakat Indonesia menyambut Ramadan dengan tradisi unik seperti megengan, nyadran, ziarah kubur, atau dugderan seperti yang ada di Kota Semarang seperti dalam foto. --Pinterest

Selain berbagi kue apem, beberapa daerah juga merayakan Megengan dengan mengadakan kenduri atau selamatan. Saat itu masyarakat berkumpul untuk menikmati hidangan khas seperti nasi tumpeng, ingkung ayam, dan aneka jajanan tradisional.

Tradisi ini menjadi momen penting untuk mempererat hubungan antarwarga serta menanamkan nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan kepedulian sosial sebelum menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh.

2. Nyadran atau Ziarah Kubur

Sebelum Ramadan tiba, masyarakat di berbagai daerah seperti Jawa dan Sumatra melakukan tradisi nyadran atau ziarah kubur. Mereka membersihkan makam keluarga, menaburkan bunga, dan mendoakan arwah leluhur.
Sebelum Ramadan tiba, masyarakat di berbagai daerah seperti Jawa dan Sumatra melakukan tradisi nyadran atau ziarah kubur. Mereka membersihkan makam keluarga, menaburkan bunga, dan mendoakan arwah leluhur. --Facebook

BACA JUGA: 6 Tip Berpuasa Sehat dan Aman saat Ramadan untuk Penderita Maag dan GERD, Gangguan Lambung Minggat!

Tradisi ini mencerminkan nilai kekeluargaan dan penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Nyadran berasal dari kata sraddha dalam bahasa Sanskerta yang berarti penghormatan kepada leluhur.

Tradisi ini sudah berlangsung selama berabad-abad dan menjadi bagian dari akulturasi budaya Hindu-Buddha dengan ajaran Islam di Indonesia. Bagi masyarakat Jawa, Nyadran bukan hanya sekadar ritual keagamaan.

Tetapi juga bentuk pengingat akan asal-usul keluarga dan refleksi diri menjelang bulan suci. Biasanya, Nyadran dilakukan beberapa hari atau bahkan beberapa minggu sebelum Ramadan.

BACA JUGA: 10 Tradisi Khas Ramadan di Berbagai Negara di Dunia

Anggota keluarga berkumpul di makam leluhur untuk membersihkan area makam dari rumput liar, mengganti nisan yang rusak, dan merapikan lingkungan sekitarnya. Selain itu, beberapa daerah juga melengkapi tradisi ini dengan mengadakan tahlilan.

Juga dengan pembacaan surat Yasin sebagai bentuk penghormatan dan permohonan ampun bagi arwah yang telah berpulang. Selain ziarah, nyadran juga sering diiringi dengan tradisi kenduri atau selamatan, di mana keluarga besar berkumpul untuk menyantap hidangan bersama.

Makanan khas yang disajikan dalam kenduri ini bervariasi di setiap daerah, tetapi umumnya mencakup nasi tumpeng, ingkung ayam, jenang, dan aneka jajanan tradisional.

BACA JUGA: Mempersiapkan Diri untuk I’tikaf: Langkah Awal Sebelum Ramadan

Kenduri ini tidak hanya menjadi sarana berbagi berkah, tetapi juga mempererat tali silaturahmi di antara anggota keluarga dan masyarakat sekitar. Dalam perkembangan zaman, tradisi nyadran tetap lestari meskipun mengalami beberapa perubahan.

Di beberapa daerah, ziarah dilakukan secara lebih sederhana, tetapi esensi dan maknanya tetap dijaga. Nyadran bukan sekadar ritual, tetapi juga menjadi refleksi spiritual sebelum memasuki bulan Ramadan, agar setiap individu lebih siap dalam menjalankan ibadah dengan hati yang bersih dan penuh kesadaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: