5 Kebiasaan Unik Menyambut Ramadan Ini Hanya Ada di Indonesia

Masyarakat Indonesia menyambut Ramadan dengan tradisi unik seperti megengan, nyadran, ziarah kubur, atau dugderan seperti yang ada di Kota Semarang seperti dalam foto. --Pinterest
BACA JUGA: 3 Festival Musik Sambut Ramadan, Dari KapanLagi Buka Bareng BRI hingga Big Bang Ramadan
Munggahan berasal dari kata unggah, yang dalam bahasa Sunda berarti "naik" atau "meningkat." Filosofi dari tradisi ini adalah persiapan spiritual untuk naik ke bulan Ramadan dengan hati yang bersih, penuh kebersamaan, dan siap menjalani ibadah dengan lebih baik.
Oleh karena itu, munggahan sering kali diiringi dengan permohonan maaf antaranggota keluarga, sebagai simbol penyucian diri sebelum memasuki bulan suci. Acara munggahan biasanya dilakukan di rumah.
Tetapi ada juga yang memilih mengadakan pertemuan di tempat wisata, seperti pantai, pegunungan, atau saung-saung di pedesaan. Makanan yang disajikan dalam tradisi ini beragam.
BACA JUGA: Mengenal Mindful Eating Menjelang Ramadan untuk Puasa Lebih Sehat
Mulai dari menu khas Sunda seperti nasi liwet, ikan bakar, ayam goreng, lalapan, hingga aneka kue tradisional. Dalam beberapa keluarga, munggahan dilengkapi dengan tahlilan atau doa bersama sebagai bentuk syukur dan permohonan kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa.
Selain di lingkungan keluarga, munggahan dilakukan di kantor, sekolah, dan komunitas masyarakat. Biasanya, rekan kerja atau teman-teman sekolah mengadakan acara makan bersama sebagai bentuk kebersamaan sebelum Ramadan dimulai.
Dalam lingkungan pesantren, munggahan juga menjadi momen penting bagi para santri yang mana mereka mendapatkan wejangan dari para kiai mengenai pentingnya meningkatkan ibadah dan menjaga akhlak selama bulan suci.
BACA JUGA: Cara Mengatur Keuangan agar Ramadan dan Lebaran Tetap Hemat
Dengan suasana penuh kehangatan dan kebersamaan, munggahan menjadi salah satu tradisi yang terus dipertahankan oleh masyarakat Jawa Barat. Lebih dari sekadar makan bersama, tradisi ini mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, saling memaafkan, serta kesiapan untuk menyambut bulan Ramadan dengan hati yang bersih dan penuh keikhlasan.
5. Tradisi Malamang di Minangkabau
Di Sumatra Barat, masyarakat Minangkabau memiliki tradisi malamang, yaitu memasak lemang (ketan dalam bambu) sebagai simbol kebersamaan dan berbagi rezeki menjelang Ramadan.
Di Sumatra Barat, masyarakat Minangkabau memiliki tradisi malamang, yaitu memasak lemang (ketan dalam bambu) sebagai simbol kebersamaan dan berbagi rezeki menjelang Ramadan. --Pinterest
Tradisi ini telah dilakukan secara turun-temurun dan menjadi bagian dari warisan budaya yang terus dijaga oleh masyarakat Minangkabau. Malamang berasal dari kata lamang, yang berarti lemang, makanan khas yang terbuat dari beras ketan yang dicampur santan dan dimasukkan ke dalam bambu, lalu dibakar di atas bara api.
BACA JUGA: Hotel Holiday Inn Express Sajikan Menu Bertema Arabic Lamb Spesial Ramadan
Proses memasak lemang ini tidak hanya sekadar kegiatan kuliner, tetapi juga menjadi ajang berkumpul bagi keluarga dan tetangga. Biasanya, para pria bertugas mencari bambu dan menyiapkan api, sementara para wanita menyiapkan bahan-bahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: