Merengkuh Spirit Kesederhanaan, Menggapai Kerekatan Sosial

Merengkuh Spirit Kesederhanaan, Menggapai Kerekatan Sosial

ILUSTRASI Merengkuh Spirit Kesederhanaan, Menggapai Kerekatan Sosial.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) dalam laporannya yang berjudul Food Waste Index Report 2024, limbah makanan dapat berkontribusi dalam menghasilkan 8–10 persen emisi gas rumah kaca dan dapat menghabiskan hampir 30 persen lahan pertanian dunia. 

Dalam hasil temuannya, UNEP juga menyebutkan bahwa limbah makanan adalah bentuk dari sebuah kegagalan pasar yang mengakibatkan makanan senilai lebih dari USD 1 triliun atau setara Rp 16,3 kuadriliun terbuang sia-sia setiap tahun. 

Angka tersebut adalah ironi. Mengingat, masih ada sekitar 783 juta orang yang mengalami kelaparan dan 150 juta anak yang menderita stunting di seluruh dunia.

Pada 2021, sebuah organisasi nirlaba The Economics Intelligence Unit telah merilis laporan berkala, menempatkan Indonesia sebagai produsen sampah makan terbesar kedua di dunia (food loss and waste/FLW) setelah peringkat pertama Arab Saudi dan peringkat ketiga Amerika Serikat. 

Demikian pula hasil penelitian Bappenas (2021), didapatkan persentase sampah makanan Indonesia telah mendominasi hingga 44 persen dari seluruh jenis limbah sampah. Adapun jumlahnya 23–48 juta ton per tahun. Jika dikalkulasi, setiap orang membuat 115–185 kg sampah makanan per tahun. 

Berdasar data kajian Bappenas tersebut, diketahui bahwa timbunan food loss & food waste di Indonesia didominasi jenis padi-padian seperti beras, jagung, gandum, dan produk sejenisnya. 

Adapun jenis pangan lainnya, seperti sayur-sayuran, kehilangannya mencapai 62,8 persen dari seluruh suplai domestik sayur-sayuran yang ada di Indonesia. 

Selanjutnya, pada 2024 UNEP merilis hasil laporan deretan negara produsen limbah makanan terbanyak di dunia pada 2023. 

Tiongkok menjadi negara teratas sebagai produsen limbah makanan terbesar di dunia karena telah menyumbang 108,67 juta ton limbah makanan atau sekitar 17,22 persen dari jumlah limbah makanan secara global selama tahun 2023. 

India kemudian menyusul di posisi kedua dengan limbah 78,19 juta ton/tahun atau sekitar 12,39 persen dari total limbah makanan secara global. 

Selain Tiongkok dan India, ada Pakistan di posisi ketiga yang menyumbang 30,75 juta ton limbah, kemudian Nigeria (24,79 juta ton), Amerika Serikat (24,72 juta ton), Brasil (20,29 juta ton), dan Mesir (18,09 juta ton). 

Indonesia menyusul di posisi berikutnya dengan jumlah limbah makanan 14,73 juta ton, diikuti Bangladesh yang menyumbang sekitar 14,10 juta ton, dan Meksiko di urutan terakhir dengan angka 13,37 juta ton. Bisa dibayangkan betapa mubazirnya!

Puasa Ramadan menjadi sarana rem diri terhadap godaan syahwat riya’ dan hal-hal yang bersifat mubazir. Ketika jiwa mampu menahan beratnya ujian, niscaya kelak meraih puncak kesadaran transedental. (*) 


*) Sukarijanto adalah Pemerhati kebijakan Publik dan peneliti di Institute of Global Research for Entrepreneurship and Leadership dan mahasiswa pascasarjana Program S-3 PSDM Universitas Airlangga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: