Cinta yang Erotomania

ILUSTRASI Cinta yang Erotomania. Muhammad Nur Afizin, 19, tikam mantan pacarnya, gadis S, 19, di Mal Thamrin City, Jakarta Pusat.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Sebagai gambaran, pengidap bisa saja mengagumi seorang aktris di televisi dan menganggap semua yang dikatakan sang aktris di televisi ditujukan kepada dirinya. Ia pun merasa diperhatikan, dan menganggap sang aktris itu jatuh cinta kepadanya. Jatuh cinta secara ilusi.
BACA JUGA:Petualangan Cinta di Mutilasi Bekasi
BACA JUGA:Kalkulasi Pembunuhan di Cinta Segitiga Maut
Pengidap itu erat hubungannya, atau bisa juga terkait, dengan pengidap borderline personality disorder (BPD). Dalam bahasa Indonesia: Gangguan kepribadian ambang.
Artinya, emosi pengidap sangat labil dan impulsif. Ia takut ditinggalkan dan bereaksi ekstrem terhadap perpisahan. Kalau sudah merasa dekat dengan lawan jenisnya, ia tak mau berpisah walau apa pun yang terjadi.
Dalam psikologi, orang tipe itu sering melihat hubungan dalam pola hitam-putih (sangat mencintai atau sangat membenci). Tidak ada tengah-tengah. Kalau tidak sangat cinta, ya… sangat benci.
Erotomania dan BPD juga erat kaitannya dengan gangguan kemampuan sosial dan kecenderungan kekerasan. Pengidap kurang mampu membedakan antara hubungan sosial nyata (langsung, tatap muka) dan maya (online). Kekurangan pengidap itu dikombinasi dengan tipe kecenderungan bertindak kekerasan.
Penyebabnya, diprediksi bisa jadi pengidap memiliki isolasi sosial dalam hubungan dengan lawan jenis. Artinya, pengidap berinteraksi sosial dengan lawan jenis sangat terbatas pada dunia online. Tidak pada interaksi langsung, tatap muka.
Kombinasi tiga gangguan jiwa itu menghasilkan sikap seseorang merasa sudah dicintai lawan jenisnya, cuma berdasarkan hubungan komunikasi via online. Dan, ketika hubungan diputuskan, muncul sikap bertindak kekerasan.
Korban S kini dirawat di sebuah RS. Dia terluka serius. Belum bisa dikonfirmasi polisi atau wartawan.
Bagi S, hubungan dengan Afizin melalui Facebook sejak 2018 bisa jadi dia anggap sebagai berpacaran. Atau, dia merasa sebagai pacar Afizin. Tapi, bisa juga tidak. Artinya, dia menganggap hubungan itu pertemanan biasa.
Seandainya S menganggap bahwa hubungan itu berpacaran, mungkin dia menganggap bahwa Afizin bukan pria tegas. Afizin sebagai pria tidak mau berinisiatif bertemu langsung. Ditunggu sampai tujuh tahun tetap online terus. Hubungan yang tidak jelas. Cewek butuh hubungan asmara yang jelas dan tegas.
Maka, S memutuskan hubungan tersebut. Dia mungkin akan mencari pria yang mau berpacaran dalam tatap muka. Bukan maya.
Seumpama menganggap bahwa hubungan tersebut cuma pertemanan, S tidak memberikan sinyal yang jelas atau chat langsung bahwa itu cuma pertemanan. Sehingga mematahkan ilusi tersangka yang merasa itu berpacaran. Sebaliknya, S dengan tidak memberikan penegasan bahwa itu pertemanan membuat Afizin terus melayang-layang. Terbayang-bayang. Bayangan palsu.
Dari segi usia tersangka dan korban, mereka gen Z, gen medsos. Hubungan asmara via medsos dianggap sebagai hubungan nyata meski tanpa pertemuan. Mereka mengabaikan cara yang dianggap kuno: Face-to-face.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: