Pekan Depan, Emiten Berpotensi Cuan

Grafik IHSG tampak menunjukkan menurun pada penutupan 14 Maret 2025.-Boy Slamet-
Dari mancanegara, ketegangan perdagangan global terus membebani sentimen pasar. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperkuat ancaman tarif terhadap mitra dagang utama. Ia kembali mengancam akan mengenakan tarif sebesar 200 persen pada semua produk alkohol dari Uni Eropa.
Kebijakan itu merupakan balasan terhadap tarif sebesar 50 persen yang dikenakan oleh Uni Eropa pada wiski AS dan barang-barang AS lainnya. Selain itu, Trump menegaskan kembali pendiriannya mengenai penerapan tarif timbal balik terhadap mitra dagang global. Dijadwalkan mulai berlaku pada 2 April 2025.
BACA JUGA:Ini Emiten yang Menjadi Primadona Investor Asing Pekan Lalu
BACA JUGA:Emiten Asal Surabaya ini Fokus pada Infrastruktur Pendidikan Bertaraf Internasional
Pelaku pasar khawatir bahwa berlanjutnya kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump dapat memicu eskalasi perang dagang dengan mitra dagang AS. Sehingga berpotensi meningkatkan inflasi serta memperlambat pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya dapat mengarah pada fase resesi
Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham. Berdasar Indeks Sektoral IDX-IC, satu sektor menguat yaitu sektor barang konsumen non primer yang menguat sebesar 0,33 persen.
Sementara itu, Pengamat Pasar Saham Leo Herlambang mengatakan, pelemahan IHSG karena banyaknya isu negatif yang terus berkembang saat ini. Kondisi itu akhirnya membuat market saat ini tidak bisa bergerak. Masih saling menunggu. “Kondisi itu pun membuat market secara dinamis,” ungkapnya.
Investor asing juga masih enggan untuk masuk ke pasar saham Indonesia. Belum lagi ditambah dengan isu perang dagang antara AS dan beberapa negara. Termasuk Tiongkok yang masih belum selesai.
Menurut Leo, pekan depan, emiten yang menurutnya paling cuan adalah emiten di sektor retail. Sebab, saat ini mendekati hari raya Idulfitri 1446 H. “THR kan mulai cair. Sehingga, kinerja retail pasti akan tinggi. Ini sangat menguntungkan bagi emiten di sektor retail,” bebernya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: