Astronot dan Risikonya di Luar Angkasa, Dari Tulang Rapuh Hingga Isolasi

Astronot dan Risikonya di Luar Angkasa, Dari Tulang Rapuh Hingga Isolasi

Foto ini, yang dirilis oleh NASA, menampilkan peluncuran roket SpaceX Falcon 9 yang membawa wahana Dragon dalam misi SpaceX Crew-10 ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Di dalamnya terdapat astronot NASA Anne McClain dan Nichole Ayers, astronot JAXA Tak--AFP

HARIAN DISWAY – Pergi ke luar angkasa mungkin terdengar seperti impian. Tetapi kenyataannya sangat berbeda. Terdapat berbagai risiko yang dapat dialami seorang astronot. Apalagi dalam misi jangka panjang.

Risiko itu seperti pengaruh radiasi, otot yang melemah, hingga penglihatan yang memburuk. Bahkan faktor psikologis akibat isolasi menjadi tantangan tersendiri.

Astronot AS Butch Wilmore dan Suni Williams, baru saja menyelesaikan 9 bulan mereka di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

BACA JUGA:Butch & Suni, Dua Astronot AS yang Terjebak di Luar Angkasa (3-Habis): Dilema Persaingan SpaceX dan Boeing

Mereka bukan yang pertama menghabiskan waktu selama itu di orbit. Tetapi pengalaman mereka tetap menjadi bahan penelitian penting untuk masa depan eksplorasi luar angkasa.

Seiring dengan ambisi manusia menjelajah lebih jauh ke Mars dan bagian lain tata surya, tantangan itu harus dihadapi dengan solusi inovatif.

Tanpa itu, perjalanan luar angkasa bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan keselamatan manusia.

BACA JUGA:Butch & Suni, Dua Astronot AS yang Terjebak di Luar Angkasa (2): Tetap Bahagia di Dalam Satelit Antariksa


Cuplikan layar dari siaran langsung NASA ini menunjukkan anggota SpaceX Dragon Crew-10 (tengah, dengan seragam biru tua)—astronot NASA Anne McClain dan Nichole Ayers, astronot JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency) Takuya Onishi, serta kosmonot Roscosm--AFP

Wilmore dan Williams mungkin telah melewati 9 bulan di ISS, waktu yang cukup lama untuk misi biasanya. Menurut Rihana Bokhari, asisten profesor di Center for Space Medicinemenyebut bahwa misi ISS biasanya berlangsung 6 bulan. Meski beberapa astronot bisa bertahan hingga satu tahun.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi astronot adalah gravitasi nol. Itu membuat tubuh kehilangan massa otot dan kepadatan tulang.

Di Bumi, kita tidak sadar bahwa setiap gerakan, bahkan berdiri diam, melibatkan kerja otot melawan gravitasi. Di luar angkasa? Tidak ada hambatan itu.

BACA JUGA:Butch & Suni, Dua Astronot AS yang Terjebak di Luar Angkasa (1): Pesawat Error, Terancam Gagal Pulang

Untuk mengatasi masalah tersebut, ISS dilengkapi dengan tiga alat olahraga. Termasuk perangkat resistensi yang menggunakan tabung vakum dan kabel flywheel untuk meniru beban berat.

Astronot diwajibkan berolahraga selama dua jam setiap hari. Hasilnya? “Kami tidak memiliki kasus patah tulang serius ketika kembali ke Bumi,” kata Bokhari.

Namun, tetap ada efek samping yang tidak bisa dihindari. Kepadatan tulang tetap berkurang. Meskipun tidak sampai menyebabkan cedera fatal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: