Masjid Ikon Surabaya (26): Muslim Tionghoa Di Balik Berdirinya Masjid Cheng Ho

Ruang dalam masjid Cheng Ho. Masjid itu memadukan arsitektur Tionghoa dan Islam. Sebagai pengingat bahwa Islam telah lama berakar dalam budaya Tionghoa.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Sementara angka 11 merujuk pada ukuran Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim. Jika dikalikan, hasilnya 99. Mencerminkan Asmaul Husna, nama-nama indah Allah.
"Pengunjung non-muslim juga sering datang ke masjid ini. Mereka penasaran dengan sejarah masjid dan perpaduan budayanya. Ada juga yang sekadar mengabadikan momen lewat foto," terang Ahmad.
Ruang yang terbuka melambangkan kelancaran dalam menerima dan berbagi kebaikan. Tak heran jika masjid itu tak hanya menjadi tempat ibadah.
Para tamu yang berkunjung ke Masjid Cheng Ho tidak hanya dari kalangan muslim saja. Tapi juga dari non-muslim. Banyak yang tertarik dengan jejak akulturasi Islam dan budaya Tionghoa dalam masjid tersebut.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (5): Sukses dengan Model Direksi, Kini Buka Cabang di Dua Kota
Tetapi juga destinasi bagi siapa pun. Terutama mereka yang ingin merasakan jejak akulturasi Islam dan budaya Tionghoa dalam satu ruang.
Di halaman masjid sebelah kanan, terdapat taman dengan patung dan replika kapal Laksamana Cheng Ho.
"Taman ini dibuat untuk mengingatkan bahwa Islam telah hadir di Tiongkok lebih dari 600 tahun lalu. Juga sebagai edukasi bagi pengunjung. Bahwa Cheng Ho bukan sekadar pelaut ulung. Tetapi juga seorang muslim yang taat," jelasnya.
BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (6): Ajak Musafir Nyantri hingga Beri Beasiswa Pendidikan
Sebagai salah satu masjid unik di Indonesia, Masjid Cheng Ho sekaligus menjadi destinasi wisata religi yang menarik.
Dengan kombinasi sejarah, budaya, dan arsitektur yang khas, masjid itu menjadi bukti bahwa Islam dan budaya Tionghoa dapat berjalan berdampingan. Harmonis. (*)
*Ramadan di Cheng Ho, menghidupkan semangat kebersamaan, baca seri selanjutnya...
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: