Ngemplang, lalu Bunuh

ILUSTRASI Ngemplang, lalu Bunuh.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Kesimpulannya, kombinasi kesenjangan dan rasa hormat adalah indikator penting pembunuhan.
Teori itu sudah menggeser adagium Marcus Aurelius di atas.
Namun, hasil riset terbaru yang dilakukan ilmuwan Tiongkok membantah kesenjangan sebagai indikator utama pembunuhan. Tiga ilmuwan di Tiongkok, yakni Baomin Dong, Peter H. Egger, dan Yibei Guo 3, menjelaskannya dalam karya mereka yang bertajuk Is poverty the mother of crime? Evidence from homicide rates in China.
Di situ dinyatakan bahwa bukan kesenjangan indikator utama pembunuhan. Melainkan, kemiskinan absolut. Balik lagi ke adagium Marcus Aurelius. Karya itu dipublikasi di PubMed Central (PMC) Mei 2020.
Intinya, disebutkan, kesenjangan finansial dalam masyarakat tidak signifikan penyebab pembunuhan. Sebab, makin kaya seseorang makin ketat ia menjaga keamanan dirinya dengan memanfaatkan uangnya.
Contoh sederhana, rumah orang kaya dilengkapi alarm yang canggih. Ia juga tidak bepergian ke tempat-tempat rawan kejahatan. Ia dikelilingi bodyguard. Ia bisa dengan gampang menyelesaikan konflik dengan uangnya. Intinya, mereka hidup aman.
”Hubungan antara kemiskinan dan pembunuhan menyiratkan bahwa bukan akibat kekurangan relatif, melainkan kekurangan absolut.”
Maksud kekurangan relatif adalah seseorang merasa penghasilannya kurang karena ia membandingkan dengan penghasilan orang lain yang lebih tinggi. Kesenjangan penghasilan. Sedangkan, kekurangan absolut adalah kekurangan penghasilan yang memang benar-benar sedikit. Miskin absolut.
Karya itu dilengkapi ilustrasi peristiwa di Hangzhou, Tiongkok.
Disebutkan, 22 Juni 2017, seorang ibu dan tiga anaknya meninggal di rumah mereka (apartemen mewah di lantai 18) dalam kebakaran tragis yang disengaja. Pembakarnya adalah pengasuh pekerja migran keluarga tersebut. Di Indonesia disebut ART.
Kasus pembunuhan itu menjadi sorotan di Hangzhou. Cepat menjadi pusat perhatian warganet Tiongkok. Viral. Dengan lebih dari 200 juta penayangan di blog Weibo dalam waktu empat hari.
Kekayaan keluarga korban dan latar belakang pengasuh yang miskin dan migran memicu perdebatan nasional di medsos setempat. Perdebatan, apakah itu disebabkan kesenjangan finansial antara majikan dan ART atau akibat kemiskinan absolut ART tersebut?
Peristiwa itu sebenarnya mematahkan teori karya tiga ilmuwan tersebut. Yakni, orang kaya dengan kekayaannya diasumsikan terhindar dari pembunuhan. Di kasus Hangzhou, pembunuhnya adalah orang dekat atau ART yang tinggal serumah dengan majikan. Orang kaya tidak bisa melindungi dirinya dengan kekayaannya.
Tiga ilmuwan tersebut tetap pada dasar teori mereka bahwa kemiskinan absolut penyebab pembunuhan.
Di kasus Tanjung Priok, pelaku dan korban sama-sama relatif miskin. Kurang lebih sama. Korban sedikit lebih tidak miskin daripada pelaku. Ada kesenjangan, tapi tidak jauh. Bisa masuk teori yang dipublikasi The Guardian, bisa juga masuk teori tiga ilmuwan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: