Ramadan: Bebas dari Keserakahan

REKTOR Universitas Airlangga Prof Muhammad Nasih bersama mahasiswa asing Unair setelah salat Id 1446 H/2025 M di Masjid Ulul Azmi, Unair.-Bagong Suyanto untuk HARIAN DISWAY-
SALAT Id yang digelar di Masjid Ulul Azmi, Universitas Airlangga, Senin, 31 Maret 2025, berlangsung khidmat. Para jamaah yang salat di dalam maupun halaman masjid tampak khusyuk mengikuti seluruh rangkaian acara. Acara salat Ied digelar tepat pukul 06.00 WIB.
Acara salat Id kali ini istimewa. Sebab, yang bertindak sebagai khatib adalah Rektor Universitas Airlangga Prof Muhammad Nasih.
Selama lima tahun mengikuti acara salat Id, baru kali ini yang menjadi khatib adalah rektor Universitas Airlangga. Lebih sekadar pimpinan PTNBH yang terkenal dan intelektual di bidang ilmu akuntansi, Prof Nasih sejak muda dikenal sebagai anak masjid.
REKTOR Universitas Airlangga Prof Muhammad Nasih khotbah Idulfitri 1446 H/2025 M.-Bagong Suyanto untuk HARIAN DISWAY-
Beribadah dan tidur di masjid adalah hal yang lazim dilakukan Prof Nasih semasa mahasiswa.
Hadir di acara salat Id jajaran wakil rektor, para dekan dan wakil dekan, para direktur dan kepala badan, serta tenaga kependidikan, dosen, mahasiswa, dan masyarakat umum. Setelah sebulan penuh melaksanakan ibadah puasa, hari ini ditutup dengan acara salat Id.
Acara salat Id tahun 2025 ini berlangsung meriah. Sebab, di tahun ini tidak terjadi perbedaan antara Muhammadiyah dan NU dalam penentuan tanggal salat Id. Dua lembaga keagamaan terbesar di Indonesia itu sepakat untuk merayakan Lebaran Senin, 31 Maret 2025.
BACA JUGA:Refleksi Ramadan: Berharap Kepemimpinan Indonesia yang Lebih Empatik
BACA JUGA:Tetap Produktif Berkarya Selama Puasa Ramadan
MENAHAN DIRI
Dalam khotbah yang dikemukakan, Prof Nasih menggarisbawahi arti penting menahan diri. Selama bulan Ramadan, umat Islam telah menjalani ibadah puasa.
Berbagai hal yang sebelumnya agak berlebihan, selama bulan puasa dicoba, dikendalikan dan dikelola agar orang tidak hanya mengejar kesenangan dan keinginan, tetapi bersedia menahan diri dan mengendalikan hawa nafsu agar tidak lepas kendali.
Ekspektasi yang berlebihan adalah sikap yang keliru yang seharusnya tidak dikembangkan umat Islam. Kebutuhan hidup manusia seyogianya tidak berlebihan dan kelewat batas. Seseorang yang memiliki atau menduduki jabatan dan kekuasaan, misalnya, bukan tidak mungkin terlena dan memanfaatkan kekuasaan yang dimilikinya untuk mengejar hal-hal yang berlebihan.
BACA JUGA:Ramadan, Momentum Menahan Diri dari Pinjol
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: