Mengenal Loneliness Epidemic: Ramai Teman tapi Tetap Kesepian

paradoks terbesar yang sering dialami banyak orang adalah kesepian di tengah keramaian. --Pinterest
BACA JUGA: Mengapa Remaja Sekarang Rentan Kesepian?
Ketiga - kurangi ketergantungan pada media sosial sebagai satu-satunya bentuk koneksi. Alihkan waktu untuk pertemuan langsung, percakapan telepon, atau aktivitas bersama yang memicu interaksi nyata.
Keempat - jangan ragu mencari bantuan profesional jika kesepian sudah memengaruhi fungsi sehari-hari. Konseling bukan tanda lemah, tetapi bentuk perawatan diri.
Selain itu, penting untuk memperkuat hubungan dengan diri sendiri. Sering kali kita merasa kesepian karena terlalu menggantungkan rasa bahagia pada keberadaan orang lain.
mulailah dengan mengenali emosi sendiri. Jujurlah jika merasa kosong atau tidak terhubung. --Pinterest
BACA JUGA: 7 Lagu Suga BTS yang Underrated, Dihindari karena Angkat Tema Kesepian dan Kesehatan Mental
Luangkan waktu untuk mengenal diri, melakukan hal yang disukai, dan memperlakukan diri sendiri seperti sahabat.
Semakin nyaman kita dengan diri sendiri, semakin kecil kekosongan yang harus diisi oleh orang lain.
Epidemi kesepian adalah masalah nyata yang bisa menimpa siapa saja.
Tak peduli seberapa banyak teman yang dimiliki atau seberapa aktif kehidupan sosial yang dijalani, perasaan terisolasi tetap bisa muncul.
Namun, dengan kesadaran, kejujuran emosional, dan usaha membangun hubungan yang tulus, kesepian bukanlah akhir dari cerita. Melainkan awal dari perjalanan kembali untuk terhubung. Baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: