Prabowo Adalah TNI Demokratis: Tanggapan untuk Dhimam Abror Djuraid

Prabowo Adalah TNI Demokratis: Tanggapan untuk Dhimam Abror Djuraid

Ilustrasi Prabowo goyang gemoy. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Selamat Bekerja, Presiden Prabowo!

Ada juga nuansa sinisme yang terlalu keras terhadap perubahan sikap sebagian aktivis yang kini mendukung Prabowo. Setahu saya, Syahganda Nainggolan bukan baru kemaren sore mengenal Prabowo Subianto. 

Ia telah mendukung Prabowo sejak Pilpres 2014. Bahwa pada Pilpres 2024 ia memilih untuk bergabung dengan Anies Baswedan, itu lantaran kehadiran cawapres Gibran yang melawan konstitusi. Banyak aktivis yang mengikuti jalan Syahganda tersebut.

Lebih dari itu, menilai orang yang dahulu oposisi seolah-olah tidak boleh berubah pendapat, tidak boleh menimbang ulang posisi politiknya. Padahal, dalam politik, sebagaimana diakui Karl Popper dalam The Open Society and Its Enemies, perubahan posisi adalah bagian dari proses pembelajaran. 

Seseorang yang awalnya menentang, lalu berubah karena melihat arah kebijakan yang lebih sesuai dengan nilai-nilai atau kebutuhan rakyat, tidak semestinya langsung dicap hipokrit. Yang lebih penting bukan masa lalunya, melainkan alasan dan integritas dari pilihan barunya.

Tulisan ini mengajak kita lebih bijak dalam membaca dinamika politik yang masih sangat cair. Menilai kepemimpinan secara terbuka dan jujur harus tetap dijaga, tetapi itu tidak berarti kita bebas mengarahkan stigma tanpa dasar yang kokoh. 

Prabowo masih punya waktu untuk membuktikan kapasitasnya sebagai pemimpin demokratis. Jika nanti ia gagal, kritik sangat sah untuk diajukan. 

Namun, hari ini, menilai terlalu dini justru memperlihatkan bias dan ketakutan yang belum tentu beralasan. (*)

*) Radhar Tribaskoro adalah Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: