Ijazah Jokowi dan Streisand Effect

Ijazah Jokowi dan Streisand Effect

ILUSTRASI Ijazah Jokowi dan Streisand Effect. Ijazah Jokowi masih menjadi polemik, antara asli atau palsu.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Streisand yang punya pengalaman di masa lalu pernah dilecehkan dan dikuntit penggemar akhirnya menggugat Adelman sebesar 50 juta dolar AS (sekitar Rp 750 miliar).

BACA JUGA:Jokowi Tolak Tunjukkan Ijazah Asli ke Tim Pembela Ulama dan Aktivis, Begini Alasannya!

Dia mengeklaim bahwa foto tersebut melanggar privasinya dan menunjukkan cara mengakses kediamannya. Saat gugatan diajukan, foto tersebut baru diunduh enam kali, termasuk dua kali oleh pengacara Streisand. Gugatan tersebut dipublikasikan secara luas, dengan diikuti banyaknya minat dan aktivitas orang-orang untuk mencari tahu.

Sebulan setelah pengajuan gugatan, foto tersebut justru telah dilihat lebih dari 400.000 kali dan diunggah ulang di situs berita dan tempat lain di internet. Oleh karena itu, upaya Streisand untuk menyembunyikan foto tersebut membuatnya menjadi lebih terekspos jika dibandingkan dengan sebelumnya. 

Streisand pun kalah dalam gugatannya dan diperintahkan untuk membayar biaya hukum Adelman untuk kasus tersebut. Foto tersebut juga masih dipublikasikan secara luas di internet.

BACA JUGA:Bantah Tudingan Ijazah Palsu, UGM Sebut Jokowi Alumnus Fakultas Kehutanan, Lulus Tahun 1985

Streisand effect itu sekarang terjadi pada kasus ijazah Jokowi. Ia mengundang wartawan dan memamerkan ijazahnya, tetapi jurnalis tidak boleh mengambil foto. Bukannya menjadikan masalah klir, Jokowi malah sengaja menyulut rasa ingin tahu yang makin besar. Ibarat lagu koplo ”bukak sithik joss…”, Jokowi membuka sedikit dan kian membuat publik kepo.

Jokowi keukeuh tidak mau menunjukkan ijazahnya. UGM juga keukeuh dengan keputusannya bahwa Jokowi sudah menyelesaikan seluruh tugas tridarma perguruan tinggi dan sudah menerima ijazahnya.

Para pemburu ijazah palsu Jokowi tetap tidak percaya. Mereka meyakini ada konspirasi antara Jokowi dan UGM. Pertemuan para pemburu ijazah palsu dengan pihak UGM tidak menyelesaikan masalah. Malah sebaliknya, makin membuat ruwet.

Dengan sikap Jokowi yang ”bukak sithik joss” dan UGM yang tidak terbuka, plus para pemburu yang pantang mundur, terjadi skenario permainan yang makin kompleks.

Ada teori permainan atau game theory yang bisa menjelaskan fenomena itu. Dalam teori permainan tersebut, pihak pemburu ijazah palsu akan menerapkan strategi zero sum game. Tidak ada tawar-menawar, tidak ada kompromi. Mereka yakin seyakin-yakinnya bahwa ijazah Jokowi palsu.

Kalau kita asumsikan bahwa para pemburu ijazah palsu itu benar, game theory beralih kepada UGM dan Jokowi. Kalau kita asumsikan bahwa UGM dan Jokowi bersalah, sekarang dua pihak itu sedang terlibat dalam prisoners dilemma.

Pilihan yang dihadapi UGM adalah mengaku salah dan ”mendapat hukuman yang lebih ringan”. Atau sebaliknya, jika Jokowi mengaku salah, hukumannya lebih ringan ketimbang hukuman yang harus ditanggung UGM.

Kasus ijazah Jokowi kelihatannya belum akan selesai dalam waktu dekat. Bisa jadi Jokowi sengaja ”mengelola” konflik itu supaya namanya tetap floating (mengambang) dan terus menjadi pembicaraan publik untuk menjaga popularitas. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: