Catatan Film Pengepungan di Bukit Duri: Mencengkeram Dendam Kelam

Catatan Film Pengepungan di Bukit Duri: Mencengkeram Dendam Kelam

Joko Anwar, Morgan Oey, dan Omara Esteghlal hadir menyapa penonton dalam Study Tour ke Bukit Duri di Studio 2 Royal XXI, Royal Plaza Surabaya.-Harian Disway-

Sedari awal, isu yang diangkat adalah tentang rasisme. Bagaimana kaum keturunan dilecehkan oleh pribumi, dijarah tempat usahanya, dan dipaksa untuk kalah dengan cara apa pun.

Kerusuhan yang ditampilkan di awal cerita mengikat cerita yang bergeser ke 2027. Kebencian yang masih mengakar, masih meraja, dan masih menguasai memicu berbagai insiden yang mendesak etnis Tionghoa. 

BACA JUGA: Suka Pengepungan di Bukit Duri? Simak 5 Mahakarya Joko Anwar dari Janji Joni hingga Pengabdi Setan!

Film ini membuka isu nyata yang masih menyelinap di berbagai daerah di Indonesia. Keberanian Joko untuk mengangkat isu ini memang patut diacungi jempol. Dalam diskusi yang terjadi setelah menonton film ini, dua penonton sempat berkisah bahwa mereka menjadi bagian dari aksi 1998. 

Seorang penonton yang tak mampu menahan tangis ketika menceritakan betapa ia tak bisa menolong kerabatnya yang dilukai, dipeluk dengan hangat oleh Joko. Sebuah momen haru yang tak bisa ditemui di mana pun juga. 


Kota yang kumuh dan dipenuhi grafiti menjadi gambaran suram masa depan jika kita abai merawat lingkungan tempat tinggal.-@cinema21-Youtube

Tak hanya soal rasisme, banyak hal yang bisa didiskusikan dari film ini. Situasi kota pada 2027 yang digambarkan Joko sungguh menyedihkan.

BACA JUGA: Serem! Joko Anwar Bagikan Judul Episode dan Bintang Nightmares and Daydreams

Grafiti di mana-mana, kota yang gelap, kotor, dan carut-marut, seolah menjadi potret bahwa itulah yang akan kita hadapi nanti bila tak menyayangi tempat kita tinggal. 

Kaum Tionghoa digambarkan memiliki satu kawasan underground yang mereka nikmati sebagai ruang bebas berekspresi. Sungguh ironi yang cantik dari situasi saat ini.

Dunia mereka, para crazy rich Tionghoa atau para taipan, di atas sana mungkin saat ini tak terjangkau oleh orang biasa. Di film ini, diputarbalikkan dengan tegas, walau masih mengusung pesan yang sama: mereka punya dunia sendiri. Tak tersentuh.

BACA JUGA: 5 Fakta tentang Serial Joko Anwar Nightmares and Daydreams, Genre Bikin Penasaran

Satu lagi yang terasa sangat miris adalah perihal tingkah laku yang ditampilkan oleh para murid di SMA Duri. Walau tak semua, sebagian besar mereka digambarkan dengan sikap yang tak acuh pada guru—lebih tepatnya tidak hormat.

Cara bersikap, gaya bicara, dan tingkah mereka dalam kelas sungguh tak beradab. Edwin adalah satu-satunya guru yang mampu atau “berani” melawan perlakuan biadab para murid. 


Salah satu adegan saat Edwin menjadi satu satunya guru yang berani menghadapi Jefri, murid bengal di SMA Duri.-@cinema21-Youtube

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: