Tiongkok Sebut Tidak Ada Negosiasi Dagang Apapun dengan Amerika Serikat

Presiden AS Donald Trump (kiri), dalam perjalanan ke Miami, Florida pada 3 April 2025 dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Aula Besar Rakyat Beijing pada 8 Maret 2025. Beijing membantah klaim AS soal adanya negosiasi tarif.--MANDEL NGAN, GREG BAKER / AFP
Namun, pernyataan itu tidak hanya dibantah oleh pihak Tiongkok. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, juga mengatakan bahwa kedua negara belum berbicara mengenai penurunan tarif.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam International Finance Institute Global Outlook Forum di Willard InterContinental Washington pada 23 April 2025 di Washington, DC. Beijing bantah klaim AS soal adanya negosiasi tarif. --Andrew Harnik / Getty Images / AFP
Ia menyampaikan pernyataan ini dalam sebuah acara di sela-sela pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington.
BACA JUGA:Tarif Resiprokal ala Trump: Senja Kala Era Perdagangan Bebas?
Saat ini, perang tarif antara AS dan Tiongkok masih berlangsung. AS telah memberlakukan tarif hingga 145 persen terhadap berbagai produk asal Tiongkok.
Sebagai balasan, Tiongkok menerapkan tarif sebesar 125 persen terhadap produk-produk impor asal Amerika Serikat.
Trump menyebut kebijakan tarif ini sebagai respons atas praktik dagang yang tidak adil dan sebagai upaya untuk menghidupkan kembali industri manufaktur AS.
BACA JUGA:Badai Tarif Trump, Strategi Geopolitik atau Gertakan Dagang?
Ketegangan dagang ini menimbulkan kekhawatiran global, terutama terhadap stabilitas ekonomi dunia. IMF baru-baru ini merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan menyoroti ketidakpastian yang meningkat akibat konflik perdagangan.
Khusus untuk Tiongkok, perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini diturunkan menjadi 4 persen, lebih rendah dari target pemerintah sebesar 5 persen.
Meski ekspor Tiongkok sempat mencapai rekor tertinggi tahun lalu, para analis memperingatkan bahwa gejolak yang ditimbulkan oleh kebijakan dagang AS dapat memaksa Beijing untuk mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru dalam jangka panjang.(*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: