Joglo Gula

ARIF Afandi (depan kiri) di teras joglo gula.-ARIF AFANDI UNTUK HARIAN DISWAY-
BACA JUGA:Swa-gula Nusantara
Metode ring pit adalah teknik menanam tebu di dalam lubang bundar yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Metode itu memungkinkan penyerapan pupuk dan air yang lebih efisien dan meningkatkan pertumbuhan batang tebu.
Metode tersebut diadposi dari India. ”Di India metode ini bisa meningkatkan produktivitas tebu 2 sampai 3 kali lipat,” kata guru besar ilmu pertanian kelahiran Lumajang, Jatim, itu. Metode lain hasil riset yang diterapkan SGN adalah metode ”bule” atau tebu kedelai. Itu adalah metode tanam tebu dengan tumpangsari kedelai.
Jumat, 3 Mei 2025, ditandatangani kesepakatan bersama antara fakultas pertanian dan PT SGN di joglo gula itu. Kesepakatan membuat program khusus untuk S-2 bagi para karyawan PT SGN. Upaya menggenjot ketersediaan SDM yang tangguh. Tanda tangan kesepakatan dilakukan Jaka Widada dengan Dirut PT SGN Mahmudi.
BACA JUGA:Swasembada Gula dan Peran Ekonomi: Menghidupkan Filosofi Pabrik Iki Openono
BACA JUGA:Sepur Lori Pabrik Gula (PG) Pagotan, Madiun
Saya ikut menjadi salah seorang saksinya. Bersama Komisaris SGN Bagas Angkasa yang alumnus fakultas itu. Kebetulan tiga di antara lima komisaris SGN saat ini adalah alumni UGM. Satunya Priyastomo, arek Surabaya yang pernah jadi direktur BRI. Sedangkan Komisaris Utama SGN Amri Siregar alumnus IPB.
Kerja sama tersebut tentu bukan sekadar kerja sama biasa. Itu dilandasi kebutuhan untuk berkembang bersama: universitas dan dunia industri. Apalagi, untuk industri gula yang harus mengembalikan produktivitasnya untuk menggapai swasembada. Yang kita pernah sebagai pengekspor menjadi pengimpor.
Kemerosotan produksi gula adalah kelalaian kita bersama. Karena sudah begitu lama kita terninabobokan dengan kesuburan lahan tanpa membuka ruang inovasi dan kreasi. Lalai dengan upaya untuk terus-menerus mengikuti perubahan besar di luar kita. Akibatnya, kita kalah oleh negara lainnya.
BACA JUGA:Konsumsi Gula, Garam, Lemak dan Ancaman Penyakit Tidak Menular
Industri gula telah lama terjebak ke dalam kejumudannya. Perguruan tinggi terlena dengan menara gadingnya. Keduanya menjadi sebuah jalan yang tak pernah berjumpa dalam satu titik tertentu. Yang seharusnya memiliki tanaggung jawab bersama dalam memenuhi kebutuhan bangsa ini.
Padahal, sejak dulu seharusnya ada kolaborasi dan sinergi yang nyata antara keduanya. Antara kekuatan produksi di industri gula dan kekuatan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi. Di sanalah, kerja sama PT SGN dengan UGM itu memiliki nilai strategisnya.
PT SGN membawa serta kompleksitas industri: dari kebun-kebun tebu yang membentang di bawah terik mentari hingga lini-lini produksi yang menuntut efisiensi tinggi. Di sisi lain, Fakultas Pertanian UGM hadir dengan pusaka keilmuan, semangat inovasi, dan semangat pengabdian yang tak lekang oleh waktu.
Sinergi keduanya tak hanya akan melahirkan tenaga profesional yang siap bekerja. Tapi, juga mencetak insan-insan tangguh yang berpikir kritis, peduli terhadap masa depan pertanian, dan siap menjadi agen perubahan di tengah industri yang sedang bertransformasi.
Itu bisa membuka jalan lahirnya ekosistem pendidikan dan riset yang hidup. Pendidikan tidak hanya belajar teori. Tapi, juga mengangkat pengalaman dunia kerja dalam perspektif akademis dan ilmu pengetahuan. Riset tak berhenti di jurnal dan tesis. Tapi, bisa menjelma menjadi solusi di lapangan. Juga, program pelatihan dan pengembangan yang mengubah semangat menjadi keahlian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: