Gula Kakao

Gula Kakao

GUBERNUR Jawa Timur Khofifah saat memberikan sambutan di Muswil DMI Jawa Timur. Dia membanggakan capaian komoditas pertanian dan perkebunan di Jatim. Menuju swasembada pangan pun bukan lagi angan-angan.-Arif Afandi untuk Harian Disway-

GUBERNUR Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sedang bangga-bangganya. Tentang capaian produksi komoditas pertanian dan perkebunan di Jawa Timur. Khususnya terkait beras dan gula.

Ia pun dengan yakin tak sungkan menyampaikan prestasi itu kepada Wapres Gibran Rakabuming Raka dan Mentan Amran Sulaiman. Saat keduanya bertemu dengan petani di Ngawi pekan lalu. Disebutkan, Jatim penyumbang stok beras nasional tertinggi.

Di hari yang sama, ia membanggakan keberhasilan Jatim dalam memperbaiki produktivitas tebu gula. Yang itu disebut melalui program PT Sinergi Gula Nusantara (SGN). Anak usaha PTPN III Holding yang mendapat tugas pemerintah dalam percepatan swasembada gula.

BACA JUGA:Joglo Gula

BACA JUGA:Gula Swatata

Soal itu dia ceritakan di depan peserta Muswil DMI Jawa Timur. ”Di Jawa Timur kini berhasil menanam tebu yang 1 hektare bisa menghasilkan 20 ton gula. Padahal, rerata nasional, produktivitas tebu hanya 5 ton gula,” kata Khofifah bangga.

Saya yang ikut hadir di acara tersebut ikut senang. Sebab, saya tahu yang dimaksud Bu Gubernur. Sejak tahun lalu, PT SGN bikin demplot tanaman tebu yang dikelola secara sempurna. Di tanah HGU miliknya di Rojopolo Timur, Lumajang. Mulai benihnya, perawatannya, pengairannya, hingga pemupukannya. 

Hasilnya sungguh dahsyat. Satu hektare bisa menghasilkan 233 ton tebu dengan prediksi rendemen sampai dengan 8 persen lebih. Dengan produktivitas seperti itu, yang menjadi kebanggaan Bu Gubernur itu bisa jadi kenyataan. Target swasembada jelas bukan angan-angan.

BACA JUGA:Swa-gula Nusantara

BACA JUGA:Swasembada Gula dan Peran Ekonomi: Menghidupkan Filosofi Pabrik Iki Openono

Yang menjadi tantangan adalah sebagian besar bahan baku tebu di Jatim milik rakyat. Makanya, setelah berhasil membuat demplot tebu dengan produktivitas tinggi, berikutnya bagaimana mentransfer keberhasilan PT SGN itu ke petani. Dengan demikian, produktivitas tebu mereka bisa terdongkrak.

Saya setuju dengan apa yang dikemukakan Dirut PTPN III Holding Mohammad Abdul Ghani. Yang dengan yakin bahwa masalah industri gula kita bukan di pabrik yang lama. Tapi, di agronomi. Di zaman Belanda di tanah yang sama per hektare bisa menghasilkan 14–20 ton gula.

Karena itulah, dalam transformasi kelembagaan di BUMN yang dipimpinnya, ia fokus ke masalah itu. Selain memperbaiki tata kelola perusahaan dan pabriknya, ia kerja keras memperbaiki masalah agronomi tebu gula. Riset varietas tebu dihidupkan kembali. Pendampingan petani digalakkan lagi.

BACA JUGA:Sepur Lori Pabrik Gula (PG) Pagotan, Madiun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: